Potensi Industri Gim di Indonesia -

Potensi Industri Gim di Indonesia


maulanayusuf.com
Foto : Unsplash.com/ Florian Olivo

lpmindustria.com - Di era serba digital ini membuat pemain gim online semakin meningkat. Adapun peningkatan pemain gim online ini menjadi peluang bagi industri gim untuk melebarkan dan mengembangkan bisnisnya.

Direktorat Ekonomi Digital Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) Luat Sihombing menyebut bahwa target pasar pengembang gim di Indonesia terus merambah hingga ke pasar internasional. “Hasil riset Asosiasi Gim Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bahwa dari 2017 hingga 2019, pasar-pasar yang disasar game developer Indonesia meningkat di lokal dan internasional,” jelasnya dalam webinar “Daya Tarik Industri Game dan E-Sport”.

Sejalan dengan hal tersebut, Luat pun menyatakan bahwa skala usaha dalam industri gim pun turut meningkat. “Kita lihat dari dulunya mikro, mereka akhirnya berkembang menjadi menengah. Nah, persentasenya selalu meningkat, sehingga potensinya pasti sangat besar,” ujarnya.

Melihat hal tersebut, Luat menjelaskan bahwa penduduk Indonesia yang sangat banyak dan perkembangan internet yang terus meningkat menjadi potensi bagi industri gim. “Dari kontribusi penetrasi internet per wilayah, konsentrasinya masih di pulau Jawa yaitu 41 persen. Artinya jika konektivitas sudah merata di Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Maluku, dan Papua akan banyak pasar yang bisa diraih. Masih banyak orang yang dapat disasar menjadi penikmat gim,” tambah Luat.

Dalam pengembangan, ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi para pelaku industri gim, salah satunya adalah pandangan negatif orang tua terhadap gim. “Ini pekerjaan rumah bagi kita untuk memberikan pemahaman kepada orang tua yang tidak mengenal industri gim bahwa ada juga gim yang bermanfaat,” ucap Luat. Ia menjelaskan perlunya konsentrasi terhadap pemilihan gim, terutama anak-anak di bawah usia 18 tahun.

Tidak hanya itu terdapat juga tantangan lainnya yaitu persaingan dengan perusahaan-perusahaan gim besar. “Mungkin sulit untuk mengembangkan industri ini. Namun, perlu diingat bahwa perusahaan besar tidak hanya melihat Indonesia, tetapi juga Eropa dan Amerika. Buat Indonesia, spesifikasi gimnya terlalu berat, sehingga yang menang di Indonesia bukan perusahaan-perusahaan besar," tutur Ricky Setiawan selaku founder dan CEO GGWP.id.

Perluasan jaringan telekomunikasi yang merata juga penting dalam industri e-sport (baca: olahraga elektronik) karena dapat menjangkau penikmat gim di pelosok daerah. “Jika tidak ada sinyal bagaimana mau bermain gim? Nah, kita bisa berpikir positif karena pemerintah juga cakupan kebijakannya sangat luas ingin membangun jaringan telekomunikasi memfokuskan kepada daerah yang Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) di Papua, NTT dan daerah-daerah lain yang belum memiliki akses telekomunikasi,” ujar Rizki Natakusumah selaku anggota Komisi 1 DPR RI.

Untuk mendapat keuntungan dari produksi gim, Ricky menyampaikan bahwa terdapat model-model bisnis yang biasa dipakai perusahaan gim sebagai bentuk upaya pengembangan gim dalam mendapatkan keuntungan. Salah satunya adalah model bisnis premium. Jadi adanya penjualan akses premium untuk membuka seluruh fitur gim.

Lalu, ia melanjutkan bahwa model bisnis selanjutnya adalah freemium (baca: model bisnis yang menawarkan layanan gratis dan premium) dengan memasukkan iklan dalam gim. “Terus adanya fitur subscription pada gim yang memberikan keuntungan kepada para pemain. Lalu, bisa juga business-to business seperti membuat gim untuk pelatihan, mengerjakan suatu bagian dari proyek gim besar, atau menaruh lisensi pada gim yang kita buat,” jelas Ricky.

Penulis: Rinaldi Oktarinanda
Editor: Ela Auliyana

 

 

Tag:    daring  |  dpr  |  esport  |  game  |  indonesia  |  industri  |  internasional  |  internet  |  nasional  |  webinar  |  


BERITA TERKAIT

TULIS KOMENTAR

Top