lpmindustria.com - Saat ini, investasi begitu menarik untuk dipelajari dan ditekuni. Investasi saham menjadi salah satu tren di kalangan muda dengan segala risiko dan keuntungannya.
Berdasarkan informasi umum pada situs web milik Bursa Efek Indonesia (BEI), saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal, para investor memiliki klaim atas pendapatan perusahaan dan aset perusahaan serta berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sedangkan menurut Fitra Aprillindo Sase selaku dosen program studi Administrasi Bisnis Otomotif (ABO) Politeknik STMI Jakarta, investasi saham adalah investasi dalam bentuk surat berharga kepemilikan perusahaan.
Pada saat ini, tren investasi saham naik dengan cukup signifikan. BEI mencatat sepanjang tahun 2021 telah tercipta satu juta investor saham baru sehingga data per 31 Agustus 2021 telah tercapai 2.697.832 jumlah single investor identification (SID) atau nomor identitas tunggal investor saham, sehingga total investor pasar modal saat ini adalah 6.100.525 investor. Komposisi investor juga semakin bergerak ke usia muda karena sekitar 80% investor pasar modal adalah kaum milenial dan gen z yaitu kaum muda rentang usia 18-25 tahun.
Setiap orang memiliki motivasi dan tujuan yang ingin dicapai sebelum terjun ke dunia investasi saham, seperti Yogi Pangestu Saputra dan Ridhwan Faisal. Keduanya memiliki tujuan dan motivasi investasi saham yang hampir sama, yaitu membentuk aset untuk masa tua. “Di tengah jalan, saya mulai sadar bahwa investasi itu bukan untuk mengejar suatu kekayaan secara instan melainkan dipanen di hari tua. Pola berpikir saya sudah berubah, tujuan investasi saya yaitu untuk kehidupan di masa tua nanti,” jelas Faisal, seorang beusia 25 tahun yang sudah melakukan investasi saham selama delapan bulan, ketika wawancara di Zoom Meeting.
Sedangkan Yogi mengatakan bahwa dirinya ingin memiliki passive income (baca: pendapatan pasif) untuk masa tua. “Saya ingin mempunyai passive income, bagaimana membangun aset supaya uang tersebut bekerja untuk kita. Dengan passive income tersebut, saya ingin tujuan-tujuan saya dapat tercapai,” jelas Yogi.
Yogi sendiri adalah salah satu mahasiswa berusia 19 tahun yang melakukan investasi saham. “Saya sudah memulai investasi saham sekitar satu tahun yang lalu tepat bulan Oktober ini,” kata Yogi. Ia menyebutkan alasannya memilih investasi saham lantaran lebih fleksibel karena dapat dilakukan di rumah melalui telepon genggam selama memiliki modal.
Melansir dari laman resmi BEI, dibalik kelebihan investasi saham juga terdapat risiko yang akan dihadapi para investor saham tersebut yaitu capital loss dan likuidasi. Capital loss merupakan suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli, sedangkan risiko likuidasi adalah ketika perusahaan dinyatakan bangkrut maka hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan).
Fitra menyebutkan bahwa likuidasi sendiri jarang terjadi. Namun bila terjadi, perusahaan yang memiliki aset dan pinjaman akan menggunakan pinjaman tersebut untuk membayar aset lainnya. Sedangkan jika memiliki sisa aset saat bangkrut, aset akan dibagikan sesuai kepemilikan saham. “Tetapi kalau perusahaan sudah tidak memiliki aset, semua uang yang diinvestasikan akan hangus dan mengalami kerugian,” papar Fitra.
Fitra menjelaskan dibalik fenomena investasi saham yang sedang tren di kalangan muda ada pesan penting yang perlu di ingat dan diterapkan agar tidak terjerumus ke jurang yang salah. Menurutnya, kalangan muda mudah mengikuti tren dan menggebu-gebu. “Harapan saya bagi kalangan muda yang berkomitmen untuk berinvestasi saham, mereka mempelajari dasarnya terlebih dahulu agar tidak mudah mengikuti tren,” sebutnya.
Selanjutnya, ia berpesan agar mereka dapat menjadi orang yang sabar. “Dalam arti, ketika sudah menentukan target dari uang yang kita miliki, tentukan apa yang mau dicapai yaitu seberapa besar investasi yang kita inginkan,” jelasnya. Kalau sudah mencapai target, ia menyarankan agar berhenti terlebih dahulu dan jangan mencoba untuk menambah lagi tanpa perencanaan yang baik. “Kalau dua hal ini dikuasai pasti ilmu-ilmu lain bisa mengalir saja,” tutur Pak Fitra.
Penulis: Rahma Dhini Nur Arifa
Editor: Ela Auliyana