lpmindustria.com - Saat ini, banyak anak muda yang memiliki pengetahuan minim perihal sejarah. Komunitas Kandang Gorilla Jakarta berinisiatif membuat wadah padepokan bela diri sekaligus tempat berdiskusi soal sejarah, budaya, dan kebinekaan.
Berawal dari tahun 2010, Galih Iman Hidayat atau yang biasa dipanggil Om Galih atau Bang Ghory selaku pendiri komunitas Kandang Gorilla Jakarta mempunyai Narada Club, sebuah padepokan yang mengajarkan aliran silat Paseban dan Jalan Enam Pengasinan. Namun, Narada Club kemudian dibubarkan karena tempat yang sudah tidak tersedia dan menjadi cikal bakal terbentuknya Kandang Gorilla Jakarta.
Galih menjelaskan bahwa nama komunitas ini awalnya hanya sekadar celetukan. “Ketika mencari tempat untuk latihan, ada yang menyeletuk ‘Kita latihan saja di rumahnya Gorila,” tuturnya. Kemudian, hal tersebut pun diartikan menjadi latihan di kandang Gorila dan dipakailah nama tersebut.
Komunitas ini pun kembali bangkit sebagai wadah para anak muda untuk mengembangkan minat mereka dibidang bela diri. “Seiring berjalannya waktu bertemu dengan anak-anak muda dan berdiskusi mengenai sejarah, saya melihat sebagian besar dari mereka buta akan sejarah. Hal tersebut membuat saya prihatin, sehingga saat itu saya membuat dua divisi yaitu sayap bela diri dan intelektual,” jelas Galih.
Logo komunitas yang lucu serta jargon yang unik ini berhasil menarik minat banyak orang untuk bergabung dengan komunitas ini. Logo wajah gorila yang lucu namun memiliki lengan yang besar menurut Galih memiliki makna sendiri. “Gorila yang menyengir serta badan berotot itu artinya kita harus menjadi orang yang ramah, namun tetap memiliki kekuatan jangan terlihat seram, sombong, atau ingin ditakuti oleh banyak orang. Dibalik itu, kita memiliki kekuatan dan jati diri sendiri sehingga logo gorila terlihat asyik,” jelasnya.
Kandang Gorilla Jakarta dimulai sebagai padepokan silat yang beraliran Paseban, Jalan Enam Pengasinan, dan Materi Langkah Pukul. Galih memberikan materi sesuai dengan kurikulum dan materi khusus untuk mereka yang memang harus dipelajari. Tak hanya itu, beliau juga memberikan fasilitas beasiswa untuk mengikuti workshop berbayar secara gratis, contohnya kedua murid yang paling rajin yaitu Ikhwan dan Dimas diberikan kesempatan untuk mengikuti Workshop Kummooyeh.
Seiring berjalannya waktu, dibuatlah sayap atau divisi intelektual sebagai ranah diskusi seputar sejarah, budaya, dan kebinekaan untuk para anggota bela diri dan masyarakat umum. Berbekal narasumber yang berkompeten dan buku-buku yang beragam versinya, beliau membuat acara diskusi yang bersifat terbuka untuk umum. Contohnya diskusi mengenai Kartini, Galih mengundang Endah Priyanti seorang guru sejarah terbaik se-Jawa Barat sebagai narasumbernya. Hal ini menjadi bukti kuat keinginannya agar anak-anak muda dapat melihat sejarah secara luas dan seru.
Sebagai keunikannya, Kandang Gorilla Jakarta membalutnya dalam berbagai kegiatan yang tidak pernah terpikirkan oleh komunitas lain, seperti kegiatan diskusi dan pelopor workshop di kalangan komunitas silat betawi lainnya. “Di tempat lain, bela diri dan komunitas intelektual menjadi masing-masing, sedangkan di komunitas ini dua hal tersebut digabungkan,” ungkap Galih. Jargon yang dimiliki komunitas ini juga sangatlah berbeda. “Bela diri Tidak Praktis, Tidak Efektif, dan Tidak Mematikan” berarti bahwa segala sesuatu tidak bersifat praktis harus melalui proses penempaan dan giat berlatih agar teknik bela diri yang dipelajari menjadi efektif, dan kematian hanya urusan Tuhan Yang Maha Esa bukanlah kehendak kita sebagai manusia.
Dampak yang diberikan dari hadirnya komunitas ini juga dirasakan oleh anggota dan masyarakat umum. “Untuk dampaknya sendiri sangat banyak. Di zaman sekarang walaupun teknologi sudah maju, kita belum bisa belajar sejarah secara mandiri atau sendiri. Jadi, saya bisa belajar sejarah, dari yang warisan tersembunyi dan kisah yang lampau,” tutur Putra, salah satu anggota aktif di komunitas Kandang Gorilla Jakarta.
Bagi masyarakat umum, ini membawa angin segar bagi mereka, salah satunya Farel. “Bagi saya, komunitas Kandang Gorilla Jakarta ini sangat baik karena mereka tidak hanya mengajarkan bela diri silat aja, tapi juga diskusi-diskusi tentang sejarah,” ucapnya. Menurutnya, hal ini cukup membantu karena sekarang pembelajaran sejarah di tingkat sekolah kurang.
Penulis: Lingga Ikhtiar
Editor: Ela Auliyana