Gen Z di Era WFH/WFA Menghadapi Tantangan, Menjajaki Peluang, dan Menyempurnakan Adaptasi -

Gen Z di Era WFH/WFA Menghadapi Tantangan, Menjajaki Peluang, dan Menyempurnakan Adaptasi


maulanayusuf.com
Gen Z di Era WFH/WFA/LPM Industria/freepik.com

lpmindustria.com - Di masa sekarang kita sudah tidak asing lagi dengan julukan “Gen Z”. Generasi ini memasuki dunia kerja di tengah masa pandemi Covid-19, yang membentuk gaya hidup mereka berbeda dengan generasi sebelumnya.

Generasi Z atau Gen Z dalam jurnal berjudul “Gambaran Makna Kerja Bagi Generasi Z di Jakarta” menurut Singh & Dangmei, merupakan generasi termuda di dunia kerja atau generasi postmilenial, tumbuh pada tahun 2000-an dan dikelilingi oleh perkembangan teknologi yang pesat. Kemudian menurut Putra, Generasi Z ialah pekerja yang efektif di era digital.

Kemampuan gen Z dalam memanfaatkan teknologi menjadikannya aset berharga bagi perusahaan di era digital sekarang. Keadaan ini juga sesuai dengan tren yang sedang berkembang, yaitu penerapan Work From Home (WFH) atau Work From Anywhere (WFA) oleh banyak perusahaan. 

Menurut Azwar dalam jurnal “Perbedaan Sistem Kerja (WFO, WFH, Hybrid) Terhadap Well-Being Karyawan yang Bekerja di Jakarta”, WFH menawarkan fleksibilitas. Hal tersebut sesuai dengan salah satu alasan utama generasi Z tetap bekerja di tempat kerja mereka, yaitu fleksibilitas dalam waktu dan lokasi kerja. 

Dikutip dari jurnal yang sama, menurut Waizenegger et al., “Fleksibilitas dalam bekerja dari rumah mengakibatkan batas antara rumah dan pekerjaan menjadi kabur. Hal ini berujung pada munculnya ‘budaya always-on’, di mana pekerja merasa harus selalu responsif dan terkoneksi dengan pekerjaan bahkan ketika berada di rumah. Akibatnya, karyawan menghadapi kendala dalam berinteraksi dengan dunia di luar pekerjaan, termasuk dengan teman dan keluarga, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesejahteraan (well-being) mereka,”. 

Dilihat dari perspektif gen Z, terdapat berbagai pandangan mengenai WFH/WFA. Individu, perusahaan, dan organisasi memiliki sudut pandang yang berbeda terkait penerapan WFH/WFA. Salah satu perdebatan yang muncul adalah seputar waktu dan biaya. Sebelum adanya WFH/WFA, pekerja kantoran harus menghabiskan waktu lebih lama untuk perjalanan menuju kantor dan mengeluarkan biaya tambahan untuk transportasi. Keuntungan dari WFH/WFA adalah tidak ada lagi kebutuhan akan waktu dan biaya tambahan untuk perjalanan menuju kantor.

Bekerja secara WFA/WFH dapat mengurangi produktivitas karena tidak ada pengaturan waktu kerja yang tetap, terkadang tidak ada batasan waktu tertentu dalam menyelesaikan pekerjaan. Hal ini dapat menyebabkan seseorang bekerja hingga larut malam, sehingga dapat mengurangi produktivitas. Di kantor, orang memiliki batasan waktu kerja yang tetap, misalnya bekerja selama 8 jam sehari. 

Selain itu, komunikasi antar sesama rekan kerja juga tidak seluwes seperti ketika berada di kantor. Seseorang harus menghubungi rekan kerjanya untuk bertanya atau berkoordinasi, namun terkadang beberapa rekan kantor sulit dihubungi. Keadaan ini memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. 

Sebagai seorang yang bekerja secara WFH/WFA butuh melakukan adaptasi. Teknologi sangat memiliki peran penting dilakukannya WFH/WFA. Dilansir dari hrb.org, tantangan komunikasi sinkron bagi pekerja WFH/WFA yang tersebar di berbagai zona waktu. Aplikasi seperti Zoom, Skype, Google Meet, dan sejenisnya terkadang kurang optimal untuk komunikasi jarak jauh. Oleh karena itu, komunikasi asinkron menjadi kunci. Komunikasi asinkron memungkinkan pertukaran informasi tanpa memerlukan interaksi langsung dan simultan.

Penulis: Amanda Cahayawulan
Editor: Nandra Ayu Saputri

Tag:    gaya-hidup  |  generasi-z  |  jakarta  |  opini  |  wfh  |  


BERITA TERKAIT

TULIS KOMENTAR

Top