Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, tetapi bila tidak dikelola dengan benar hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya krisis sumber daya. Salah satu sumber daya alam yang sering digunakan di Indonesia adalah bahan bakar fosil, bahan bakar fosil digunakan untuk menghasilkan sumber energi contohnya adalah energi listrik dan bahan bakar minyak pada kendaraan bermotor. Permintaan energi setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi yang menyebabkan berkurangnya sumber daya bahan bakar fosil. Untuk itu, perlu diadakannya pemanfaatan sumber daya terbarukan sebagai solusi yang sangat relevan untuk mengatasi krisis energi di Indonesia.
Menurut pertamina, “Energi terbarukan adalah energi dari sumber alam yang lebih cepat proses pembaruannya dibandingkan dalam menghabiskannya.” Di Indonesia sendiri memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar antara lain energi matahari, angin, air, biomassa, dan panas bumi. Energi terbarukan perlu diadaptasi dan dikembangkan karena memiliki manfaat yang sangat baik, antara lain mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak negatif terhadap lingkungan.
Di Indonesia sendiri terdapat banyak danau dan laut yang menjadi salah satu keuntungan dalam menerapkan energi terbarukan yaitu PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). Selain keadaan geografi yang sangat mumpuni, biaya pembebasan lahan di danau dan laut jauh lebih murah daripada membebaskan lahan di daratan. Dilansir dari antaranews.com, "Pembangunan PLTA adalah solusi terbaik dan aman dalam jangka panjang dengan menempatkan pelestarian alam sebagai fokus utama keberlangsungan PLTA itu sendiri," kata Ketua Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) Sofyan Tan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Salah satu upaya untuk menjaga ketahanan energi dan mewujudkan ekonomi hijau adalah dengan transisi energi yang sedang dijalankan Indonesia saat ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Selasa (24/01), menyatakan bahwa transisi energi ini merupakan langkah sekaligus komitmen pemerintah untuk mengantisipasi krisis energi di masa depan. Pemerintah juga telah meningkatkan porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi sebesar 23% pada tahun 2025, dan hingga 31% pada tahun 2030.
Untuk menyediakan energi yang terjangkau dan aman bagi masyarakat, peningkatan penggunaan energi terbarukan untuk penyediaan listrik, transportasi, dan sektor industri harus dipercepat, sementara penggunaan energi fosil harus dikurangi. Transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan perlu dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang dapat mempengaruhi arah kebijakan serta daya beli masyarakat. Semakin cepat kita meningkatkan penggunaan energi terbarukan, semakin rendah kerentanan terhadap keamanan energi dan semakin terjangkau harga energi di Indonesia.
Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan serta kebutuhan energi yang terus meningkat, energi terbarukan menjadi solusi yang semakin penting dan strategis. Energi terbarukan tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi berupa penciptaan lapangan kerja baru serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, pemanfaatan energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada sumber energi fosil yang terbatas dan harganya yang cenderung fluktuatif di pasar global.
Penulis: Bayu Samudra
Editor: Nandra Ayu Saputri