lpmindustria.com - Kehadiran dan adanya figur ayah dalam keluarga sangat berpengaruh besar dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak hingga dewasa. Peran seorang ayah bukan hanya mencari nafkah dan menafkahi keluarga saja, tetapi juga mendidik serta memberikan pola asuh yang sehat pada anak.
Fatherless merupakan suatu hal yang tidak bisa dianggap sepele. Dikutip dalam laman Universitas Airlangga, Fatherless atau bisa kita kenal dengan Father Hunger adalah minimnya peran atau figur ayah secara psikologis dan fisik di dalam proses pengasuhan. Father Hunger terjadi ketika sang anak yang terbiasa tidak memiliki peran ayah dalam hidup yang menyebabkan anak mengalihkan hal tersebut pada hal lain untuk dijadikan pelampiasan akan kebutuhannya.
Dikutip dari Antaranews, Retno mengungkapkan bahwa Fatherless disebabkan karena adanya keyakinan masyarakat Indonesia terhadap peran gender tradisional. Mengingat bahwa tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi kehadiran kedua orang tua dalam memberikan pola asuh yang cukup dan sehat, adanya reduksi peran gender tradisional ini menjadikan anak ‘lapar’ akan kebutuhan pola asuh dari figur ayah karena masih memosisikan bahwa ibu sebagai penanggung jawab penuh terkait urusan domestik di rumah, sedangkan ayah hanya sebagai penanggung jawab dalam urusan mencari nafkah.
Fatherless tentu memberikan dampak yang sangat berbahaya bagi tumbuh kembang sang anak. Diana, yang merupakan Kepala Center for Public Mental Health dari UGM Fakultas Psikologi menyatakan bahwa ada banyak dampak yang ditimbulkan jika kurangnya keterlibatan seorang ayah dalam keluarga pada proses tumbuh kembang anak. Beberapa di antaranya, kesulitan dan hambatan dalam pembentukan identitas gender dan peran seksual, penurunan performa akademis, sulit untuk menyesuaikan psikososial, kontrol diri yang rendah, serta self esteem yang rendah. Hal ini juga menjadi risiko munculnya psikopatologi pada anak, memunculkan gangguan perilaku menyimpang dan perilaku seksual.
Fenomena Fatherless yang ada di Indonesia bukanlah hal yang terjadi secara tiba-tiba, melainkan dibentuk dari suatu kebiasaan atau budaya yang dari dulu sudah ada dan dibawa hingga saat ini. Maka, solusi yang tepat untuk memperbaiki fenomena yang sangat serius ini dengan memulai kesadaran akan tanggung jawab sebagai seorang ayah secara menyeluruh termasuk di dalamnya kehidupan anak pada usia dini. Saat anak berinteraksi dengan ayah, anak belajar ketegasan, kebijaksanaan, sifat maskulin, keterampilan kinestetik serta kemampuan kognitif yang dapat memengaruhi bagaimana cara sang anak mengambil keputusan dan belajar. Sehingga, inilah mengapa kehadiran dan peran ayah dalam kehidupan tumbuh kembang anak sangat penting dan dibutuhkan pada keluarga.
Penulis: Lifa Ansyaresti
Editor: Nandra Ayu Saputri