Doni merupakan mahasiswa yang baru saja memasuki semester enam dengan program studi Teknologi Hasil Pertanian (THP). Seperti pada umumnya, Doni harus menjumpai dosen walinya terlebih dahulu untuk berkonsultasi terkait rencana perkuliahan kedepannya. Selepas itu, ia bergegas untuk mengisi Kartu Rencana Studi (KRS) semester enamnya. Doni tampak khawatir ketika hendak memasuki semester enam, tak lain dan tidak bukan ialah khawatir akan adanya sebuah uji kompetensi dalam menganalisis produk olahan nabati yang hendak menerjangnya selama semester enam berlangsung, ditambah adanya omongan-omongan dari kakak tingkatnya yang menyatakan mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah tersulit di semester enam. Hal tersebut membuat doni mengkhawatirkan dirinya. Bukan hanya tugas di perkuliahannya saja, tapi amanah yang ia pikul di organisasi kampusnya juga turut menjadi sumber kekhawatiran Doni. Doni memiliki jabatan yang cukup penting di dalam organisasi kampus yang kini sedang ia geluti.
Benar saja, sudah mulai memasuki minggu ke tiga semester enam, Doni mulai tidak bisa mengkontrol sebuah tugas projek mata kuliah tersebut dan amanah di organisasinya. Adanya tugas observasi individu dan kelompok setiap harinya sebagai wujud implementasi dalam melaksanakan praktikum, yang juga nantinya akan dibuat laporan hasil praktikum pada penghujung semester yang sekaligus melaksanakan uji kompetensi dalam projeknya. Namun ia berupaya untuk imbang dalam menjalankan observasi dan amanah di organisasinya, terbukti ia kerap menyempatkan datang atau hadir ketika ada keperluan di divisi organisasinya walau hanya sebentar.
Semakin dalam memasuki semester enam, sepertinya ia semakin kesulitan dalam mengimbangi antara tugas kuliah dan kegiatan organisasinya. “Don, kemana aja kamu tidak hadir rapat?,” tanya Hera rekan organisasinya. “Iya nih, tugas ku lagi banyak, kayaknya bakal sampai akhir semester sibuk kaya gini, soalnya observasi ini terus berlanjut hingga akhir semester,” jawabnya. Hera hanya bisa memberi semangat kepada Doni dalam menjalankan amanah di organisasinya. Semakin hari, makin banyak sekali waktunya habis hanya untuk mengerjakan tugas observasinya tersebut. Intensitas kehadiran Doni di organisasinya sudah dapat dihitung dengan jari saja.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, waktunya hanya dihabiskan dengan mengerjakan tugas observasinya itu, belum lagi ditambah tugas yang diperoleh dari mata kuliah lainnya. “Duh pusing, bingung untuk mau mengerjakan apa dulu,” celoteh Doni dengan Rina temannya di kelas “Iya Don, bingung gak karuan mau nuntasin yang mana,” balas Rina.
Doni berharap sakit di kepalanya segera hilang. Tekanan dari organisasinya yang menuntut kinerjanya serta tugas yang kian menumpuk membuat kepalanya terasa ingin meledak. Namun, Doni hanya bisa melamun ke jalanan depan kampus, melihat lalu lalang kendaraan dan terpaan angin menyilir menjadi peredam sementara pusing yang ada di kepalanya. Lamunan Doni terpecah ketika meilihat ibu dan seorang anak berjalan di depan jalanan kampusnya, mereka jalan menyisiri trotoar dan halte-halte untuk mencari barang rongsok demi menyambung hidup mereka. Panas mentari langsung menyengat tubuhnya dan ditambah ia harus mengeluarkan tenaganya untuk mendorong gerobak yang terisi barang-barang rongsok, lelah sudah biasa mengisi keseharian mereka tentunya. Melihat situasi tersebut, Doni membandingkan dengan permasalahannya, sungguh tidak ada apa-apanya, malu rasanya jika menganggap permasalahan tugas kuliah sebagai masalah yang sangat besar. Energi positif dari ibu dan anaknya itu mengalir ke dalam diri Doni. Langsung saja ia bergegas ke tempat observasinya dan membawa laptop untuk melanjutkan satu per satu tugas kuliahnya disela-sela waktu luang ketika di tempat observasi.
Lambat laun penghujung semester enam sudah hampir usai, tugas observasinya hanya tinggal beberapa langkah lagi rampung. Sekitar Rabu pukul 22.00 WIB, ponsel berdering tanda pesan singkat masuk, terlihat jadwal presentasi hasil praktikum yang sekaligus sebagai uji kompetensi telah diberitahukan, Doni mendapat jadwal di hari Kamis minggu depan untuk presentasi, yang artinya masih ada waktu seminggu untuk mengerjakan apa yang belum tuntas ditugasnya tersebut. Mala petaka, esok harinya ada perubahan jadwal, secara mendadak Doni mendapat jadwal presentasi dan uji kompetensi hari Sabtu pada minggu-minggu ini. “Sial, terlalu mendadak sekali pergantian jadwalnya,” gerutu Doni.
Kaget bukan kepalang, tersisa hanya satu hari untuk benar-benar menyelesaikan semuanya sebelum presentasi mulai, menghabiskan waktu malamnya menjadikan pilihan wajib untuk mengerjakan kekurangan laporan yang masih belum rampung sebelum presentasi mulai. Mengingat kisah ibu dan anaknya yang mencari barang rongsok di depan kampus, membuat Doni berhenti mengeluh hanya karena jadwal yang berubah. Alhasil, semua persiapan laporan akhir dapat terselesaikan dengan tepat waktu walaupun tersadar masih banyak kekurangannya.
Waktu presentasi dan uji kompetensi tiba, membaca materi-materi yang hanya terhitung satu jam sebelum masuk ruangan menjadikan bekal pengetahuan Doni ketika berhadapan dengan dua orang penguji di dalam ruangan. Waktu presentasi dan uji kompetensi berlangsung kurang lebih dua jam lamanya. Sungguh, perasaan bebas, lepas dan lega bercampur menjadi satu. Tak disangka, Doni telah berhasil melewati semua tugas ini dan dinyatakan berkompeten. Perjuangan sungguh terbayar sekali ketika telah rampung dan berhasil menuntaskan semua tugasnya. Waktu, tenaga, uang, bahkan amanah organisasi dikorbankan hanya untuk mengerjakan semua ini dan menyandang kompeten dalam menganalisis olahan hasil nabati.
Doni paham betul, rekan-rekan organisasinya pasti sangat kesal dengan kehadiran Doni yang sudah tidak intens lagi disetiap kegiatannya. Namun mau bagaimana lagi, tugas pengolahan nabati tersebut memang banyak menyita waktu. Doni sudah berencana untuk menebus rasa bersalahnya selama ia meninggalkan amanah di organisasinya, ia sudah merencakanan untuk mengejar tanggung jawabnya dalam menuntaskan program kerja yang telah di amanahkan.
Fandi Prasetio