Meningkatkan Produktivitas Kerja dengan Penerapan Metode 5S -

Meningkatkan Produktivitas Kerja dengan Penerapan Metode 5S


maulanayusuf.com
Ilustrasi. LPM Industria

lpmindustria.com - Penerapan metode 5S merupakan langkah awal dalam meningkatkan produktivitas kerja dengan cara menata, membersihkan, dan memelihara tempat kerja.

5S adalah metode hasil modifikasi program Cleaning up, Arranging, Neatness, Discipline, and Ongoing improvement (CANDO) yang diperkenalkan oleh Henry Ford pada tahun 1972 di Amerika Serikat. Lalu, pada tahun 1980 diperkenalkan sebagai “Japanese 5S” oleh Hiroyuki Hirano di Jepang. Setelah populer dan diterapkan secara menyeluruh di Jepang, konsep ini akhirnya diadopsi oleh banyak negara, termasuk Indonesia.

Menurut buku Managing The Global Supply Chain karangan (Chad dkk, 2013), 5S adalah metodologi untuk menyederhanakan, membersihkan, serta mempertahankan lingkungan kerja yang produktif. 5S akan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan teratur, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan keselamatan bagi pekerja. “5S membuat pekerjaan menjadi lebih efisien, sehingga sumber daya yang ada akan dioptimalisasi. Optimalisasi tersebut akan meningkatkan produktivitas kerja, kualitas kerja hingga keselamatan bagi pekerja,” tutur Irma Agustiningsih selaku dosen Politeknik STMI Jakarta.

5S sendiri merupakan kepanjangan dari kata dalam bahasa Jepang, yaitu seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke. Kata-kata tersebut merupakan alur dari metode 5S yang harus dilakukan secara bertahap sesuai urutannya. Alur yang pertama adalah seiri, disini akan dipilah barang yang masih bisa digunakan dan sudah tidak bisa digunakan lagi. “Pemilahan barang tersebut akan membuat pekerjaan menjadi ringkas,” ujar Irma.

Setelah itu adalah seiton, yaitu penataan barang yang masih dapat digunakan sesuai dengan jenisnya agar barang tersebut mudah dicari saat ingin digunakan kembali. Jika sudah ditata, selanjutnya  adalah seiso, barang dibersihkan untuk menghindari kerusakan. “Hal ini akan menghemat waktu karena tidak harus membersihkan terlebih dahulu saat hendak dipakai,” tutur Irma. 

Ketika ketiga bagian dari 5S pertama sudah dilakukan secara intensif, selanjutnya dapat dilakukan pemantapan agar pekerjaan dapat dilakukan dengan tetap. Tahap ini disebut dengan seiketsu. “Dengan meletakkan di tempat yang tetap akan mempercepat pekerja dalam melakukan pekerjaanya,” ucap Irma. Alur terakhir adalah shitsuke, ini berarti membentuk kebiasaan disiplin dalam melakukan pekerjaan dengan cara yang benar. Hal ini bisa dilakukan ketika keempat bagian 5S sudah dijalankan dengan baik dan benar.

Selajutnya, untuk menerapkan 5S di suatu perusahaan diperlukan komitmen dari top management terlebih dahulu. Setelah itu dapat diinstruksikan kepada seluruh pegawai untuk diterapkan. “Kalau pemimpin sudah memiliki komitmen untuk sungguh-sungguh melakukan 5S, itu akan menjadi instruksi dari atas ke bawah. Tidak bisa setengah-setengah. Kalau hanya karyawan saja yang memiliki keinginan, 5S tidak akan berjalan ” tutur Huwae, selaku dosen Politeknik STMI Jakarta. Selain itu, di Indonesia sudah banyak pabrik yang menerapkan 5S ini. “Biasanya yang belum menerapkan 5S adalah TIER 2 dan TIER 3. Kalau di produsen atau TIER 1, 5S sudah berjalan,” ucap Irma.


Artha Julia

Tag:      |  


BERITA TERKAIT

TULIS KOMENTAR

Top