Judul : Dunia Anna
Penulis : Jostein Gaarder
Penerjemah : Irwan Syahrir
Penerbit : PT Mizan Pustaka
Tahun terbit dan cetakannya : 2013 cetakan ke-4
Tebal buku : 235 halaman
“Mereka yang hidup sesudah kita haruslah diperlakukan sebagai satu kesatuan. Kita harus memperlakukan mereka seperti perlakuan yang kita harapkan dari mereka jika saja mereka hidup di planet ini sebelum kita.” Begitulah penggalan kalimat dalam buku yang berjudul Dunia Anna.
Buku yang ditulis oleh Jostein Gaarder dan diterjemahkan oleh Irwan Syahrir ke dalam bahasa Indonesia ini menceritakan tentang Anna, seorang remaja Norwegia yang resah akan keadaan bumi yang mulai rusak. Keresahan itu dimulai saat Natal, ketika ia berusia 10 tahun. Kala itu salju tidak turun seperti tahun-tahun sebelumnya. Rusa-rusa kutub menyerang desa karena kelaparan. Di bawah lapisan es di pucak gunung, Anna melihat terdapat bangkai tikus dan hamster hutan. Padahal, kedua hewan tersebut dapat bertahan hidup di musim dingin.
Tokoh Anna memiliki imajinasi yang luar biasa, hal ini ditandai dengan banyaknya cerita fantasi yang ia rasakan sebagai kisah nyata. Dua hari sebelum hari ulang tahun ke-16-nya, ia dibawa ibunya untuk mengunjungi psikiater bernama Dokter Benyamin. Di akhir pembicaran antara Anna dan Dokter Benyamin, Dokter Benyamin menyarankan Anna untuk membuat suatu organisasi pecinta alam sebagai salah satu solusi mengatasi keresahannya akan kerusakan bumi ini.
Setelah pertemuan tersebut, Anna mulai bermimpi menjadi cicit dirinya sendiri di tahun 2082 dengan nama Nova. Dalam mimpi itu, ada juga Anna atau Olla sebagai nenek buyutnya. Di era tersebut, bumi telah rusak. Pembakaran fosil, pembakaran hutan tropis, pembusukan lahan gambut, dan gas asam telah meningkatkan karbondioksida (CO2) yang memperparah pemanasan global di bumi. Ketika itu pula, ribuan flora dan fauna mengalami kepunahan, iklim juga telah rusak. Bahkan, penyerbukan hanya bisa dilakukan secara manual karena lebah dan kupu-kupu yang telah punah. Hal tersebut mengakibatkan orang-orang pada masa itu hanya bisa memakan makanan sintesis.
Bahasa yang digunakan oleh buku ini tergolong mudah dipahami. Namun, pemakaian dua sudut pandang, yaitu sudut pandang Anna di tahun 2012 dan Nova di tahun 2082 dapat membuat pembaca bingung ketika ada perpindahan sudut pandang.
Terlepas dari hal diatas, buku ini mengingatkan kita bahwa dunia yang dialami generasi selanjutnya adalah tanggung jawab generasi sebelumnya. Hal ini juga mengingatkan bahwa kondisi bumi saat ini sedang tidak baik karena ulah manusia itu sendiri.
Artha Julia