Fenomena Gerhana Matahari di Penghujung Tahun 2019 -

Fenomena Gerhana Matahari di Penghujung Tahun 2019


maulanayusuf.com
Ilustrasi. LPM Industria

lpmindustria.com - Kamis (26/12), telah terjadi fenomena gerhana matahari parsial dan cincin di beberapa wilayah Indonesia. Gerhana matahari tersebut merupakan gerhana matahari ke-46 dalam siklus Saros 132.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gerhana matahari adalah peristiwa terhalangnya cahaya matahari oleh bulan sehingga tidak semuanya sampai ke bumi. Gerhana matahari memiliki empat jenis, yaitu gerhana matahari cincin, hibrida, sebagian atau parsial, dan gerhana matahari total. "Ada empat jenis gerhana matahari, yaitu gerhana matahari cincin, hibrida, parsial atau sebagian, dan total," tutur Eko Wahyu Wibowo selaku Kepala Satuan Pelaksana Teknik Pertunjukan dan Publikasi di Planetarium dan Observatorium Jakarta.

Di Indonesia, gerhana matahari yang terjadi hanyalah gerhana matahari parsial dan gerhana matahari cincin. "Ada dua jenis gerhana matahari yang dapat terjadi di Indonesia, gerhana matahari cincin dan parsial. Gerhana matahari cincin terjadi karena bulan tidak menutupi matahari dengan sempurna, sedangkan gerhana matahari parsial terjadi ketika bulan menutupi sebagian matahari," jelas Eko.

Fenomena pada Kamis, 26 Desember 2019 ini, kedua jenis gerhana matahari tersebut terjadi di Indonesia. “Untuk gerhana matahari yang terjadi  hari ini (26/12), ialah gerhana matahari cincin, tetapi hanya bisa dilihat di daerah Indonesia bagian utara, seperti Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan sedikit di daerah Kalimantan Utara,” ucap M. Ananda Reza selaku anggota Himpunan Astronomi Amatir Jakarta. Senada dengan hal tersebut, Eko mengatakan bahwa gerhana matahari cincin pada akhir tahun ini ada sekitar 92% bagian matahari yang tertutup.

Selain itu, daerah yang tidak dapat menyaksikan gerhana matahari cincin dapat menyaksikan gerhana matahari parsial atau sebagian. Di wilayah DKI Jakarta bagian matahari yang tertutup sekitar 72,1%. “Untuk wilayah DKI Jakarta sekitar 72,1% tertutup. Gerhana matahari mulai dapat dilihat pada pukul 10.42 berdasarkan Waktu Indonesia Barat (WIB), puncaknya 12.36 WIB, dan berakhir pada 14.23 WIB," tutur Eko.

Gerhana matahari yang terjadi saat ini termasuk ke dalam kategori siklus Saros 132. M. Ananda Reza menyebutkan bahwa gerhana yang terjadi sekarang ini adalah gerhana ke-46 dari 71 gerhana matahari yang terdapat pada siklus Saros 132. Jarak antara setiap gerhana adalah 18 tahun, sehingga gerhana ini akan dirasakan lagi pada tanggal 5 Januari 2038. “Gerhana seperti ini akan terjadi pada 5 Januari 2038, sedangkan gerhana matahari parsial di DKI Jakarta akan terjadi lagi pada 20 April 2023,” ujar Eko.

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk melihat peristiwa langka ini, yaitu menggunakan kacamata khusus dan menggunakan metode pinhole. "Ada dua cara untuk melihat gerhana matahari, yaitu dengan menggunakan kacamata yang diberikan standar filter ND5 yang dapat meredupkan cahaya matahari sebanyak 100.000 kali dan metode pinhole yang bisa digunakan dari biskuit-biskuit yang ada bolongan kecilnya, lalu diproteksikan ke sebuah kertas," jelas Eko.

Eko menjelaskan bahwa terjadinya gerhana matahari parsial ini tidak akan memberikan dampak apapun pada lingkungan. “Tidak akan ada dampak ke lingkungan karena pada gerhana matahari sebagian itu kita tidak dapat merasakan adanya gerhana, namun jika gerhana matahari total dapat berdampak ke binatang-binatang nokturnal, seperti kelelawar," tutur Eko.

 

Bunga Smara

Tag:    peristiwa  |  sekitar-kita  |  


BERITA TERKAIT

TULIS KOMENTAR

Top