Fenomena Childfree di Indonesia

lpmindustria.com – Istilah childfree di Indonesia sedang hangat di perbincangkan di sosial media. Beberapa tokoh terkenal di Indonesia pun memilih untuk childfree yang dapat menimbulkan dampak positif dan negatif.

Fenomena childfree di Indonesia bukan lagi hal tabu, bahkan beberapa tokoh terkenal Indonesia memilih melakukan hal tersebut. Salah satunya adalah seorang juru masak terkenal yaitu Junior John Rorimpandey atau yang akrab di sapa Chef Juna. Melalui channel Youtube puella id, ia mengungkapkan akan mendukung istrinya apabila memutuskan untuk childfree. Keputusan itu ia ungkapkan karena beberapa alasan. “Dalam suatu hubungan, saya sangat menghargai dan mendukung adanya kesetaraan karena masing-masing mempunyai kebebasan untuk memilih suatu keputusan,” ujarnya.

Hal serupa turut diutarakan oleh Cinta Laura, seorang aktris dan penyanyi yang mendukung adanya childfree. Menurutnya, populasi manusia di dunia ini terbilang sudah cukup banyak, sehingga hal ini menjadi alasannya memilih untuk childfree. “Kenapa aku harus melahirkan satu manusia lagi kalau aku bisa mengadopsi anak yang sekarang tidak punya siapa pun untuk menjaga mereka?” ungkapnya.

Mengutip pada laman news.unair.ac.id, childfree sendiri didefinisikan sebagai keputusan seseorang atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak. Sedangkan pada Oxford Dictionary, istilah ini familier dalam agenda feminisme yang menganggap childfree sebagai pilihan perempuan untuk menentukan jalan hidupnya.

Pada laman uns.ac.id, salah satu psikolog sosial Fakultas Kedokteran (FK) dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yaitu Tri Rejeki Andayani mengungkapkan beberapa alasan yang melatarbelakangi seseorang memilih childfree. Menurutnya, salah satu alasannya berkaitan dengan permasalahan lingkungan. Peningkatan penduduk bumi seiring adanya ketidakseimbangan kondisi kesehatan bumi dan ketersediaan pangan membuat orang memilih childfree.

Di sisi lain, Tri pun turut mengungkapkan pemicu lainnya. “Ketidakyakinan akan kemampuan dalam merawat dan mengasuh anak,” sebutnya. Dengan begitu, calon ayah atau ibu memiliki keyakinan diri terhadap kompetensinya dalam merawat dan memberikan pengasuhan pada anak secara positif. “Hal ini akan berpengaruh pada perilaku pengasuhannya dan menunjang tumbuh kembang anak secara optimal,” katanya.

Selain bisa merasakan kebebasan dalam hak memilih kehidupan pribadi, pilihan ini pun menimbulkan beberapa dampak negatif. Dalam laman cancer.org dijelaskan bahwa kanker rahim dapat menyerang wanita tanpa memandang usia, namun lebih sering menyerang mereka yang tidak pernah memiliki anak atau yang memiliki anak pertama setelah usia 35 tahun.

Sedangkan menurut para ahli mengutip pada laman news.unair.ac.id, guru besar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair) Bagong Suryanto menjelaskan bahwa istilah childfree ini dapat memberikan stigma pada keluarga dan lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan masyarakat dianggap lebih menghargai hak kelompok dibandingkan dengan hak individu.

Pendapat serupa di sampaikan oleh Tri pada laman uns.ac.id. Ia menuturkan bahwa salah satu pihak yang perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan childfree ialah keluarga besar. “Sebab, orang tua dari pasangan suami istri itu tentu memiliki harapan pada pernikahan anak-anaknya. Salah satunya harapannya adalah untuk memiliki cucu yang meneruskan keturunannya,” jelasnya.

Penulis: Mutiah Kusuma Sari
Editor: Ela Auliyana

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *