lpmindustria.com – Remaja seringkali merasa cepat mengalami kelelahan, tanpa disadari hal tersebut dapat menjadi salah satu gejala anemia. Namun, apakah anemia akan berdampak pada produktivitas remaja?
Kehidupan remaja saat ini diwarnai dengan berbagai aktivitas. Banyaknya aktivitas yang dilakukan dapat mempengaruhi gaya hidup menjadi tidak sehat. Gaya hidup tidak sehat dapat terjadi mulai dari hal kecil, seperti menunda-nunda waktu makan karena terlalu sibuk dengan kegiatan yang dilakukan. Kebiasaan menunda-nunda inilah, membuat gaya hidup tidak sehat dimulai.
Seseorang yang menerapkan gaya hidup tidak sehat akan mengundang berbagai penyakit, salah satunya adalah anemia. Bahkan kalangan remaja tergolong penyumbang cukup tinggi pada penyakit ini, dilansir dari cegahstunting.id berdasarkan riset kesehatan pada tahun 2018 terdapat 32% remaja di Indonesia yang mengalami anemia.
Anemia merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan kesehatan karena menurunnya produksi hemoglobin (sel darah merah) sehingga oksigen yang dibawa ke jaringan tubuh menjadi berkurang. Anemia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12 dan asam folat, mempunyai gangguan kelenjar tiroid, menstruasi, serta pola makan yang tidak sehat.
Faktor-faktor yang ada dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti terlihat sangat lelah, kulit terlihat lebih pucat, sering mengalami pusing, bahkan mengalami jaundience (kulit dan mata menjadi kuning). Selain itu, penderita anemia dapat mengalami perubahan suasana hati, detak jantung berdebar lebih cepat, dan mengalami sesak nafas, serta sindrom kaki gelisah hingga kaki dan tangan bengkak apabila mengalami anemia berat.
Jika gejala anemia sudah timbul, maka dampaknya pun akan bermunculan. Dilansir dari dinkes.jogjaprov.go.id, anemia remaja dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan dan kualitas hidup yaitu pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan sebab kekurangan zat besi dan nutrisi lainnya dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
Anemia dapat menganggu konsentrasi dan daya ingat sehingga kinerja akademis pun mengalami penurunan, gejala anemia, seperti mengalami perubahan suasana hati dapat menganggu kesejahteraan emosional, serta kelelahan yang merupakan salah satu gejala anemia dapat mengurangi energi dan produktivitas sehari-hari.
Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan dan penanganan agar anemia tidak menyebar lebih luas lagi. Pencegahan dan penanganan dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat seperti meningkatkan asupan makanan sumber zat besi, meningkatkan konsumsi buah dan sayur sebagai sumber vitamin, meningkatkan konsumsi sumber protein hewani, menghindari konsumsi teh dan kopi saat makan, dan berolahraga secara rutin.
Pemerintah juga mendorong upaya pencegahan dan penanganan khususnya pada remaja wanita yang rentan mengalami anemia saat menstruasi karena banyak mengeluarkan darah, dengan pemberian tablet tambah darah. Pemberian tablet tambah darah pada remaja putri juga untuk mempersiapkan kesehatannya sebelum menjadi seorang ibu agar mencegah melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir yang rendah (kementrian kesehatan, 2022).
Edukasi tentang pentingnya kesehatan serta kesadaran pada diri seseorang tentang penyakit anemia menjadi kunci dalam pencegahan anemia di Indonesia. Perlu diingat bahwa dalam mencegah dan mengatasi anemia diperlukan kerjasama dari pihak pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu, remaja diharapkan dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan anemia dalam kehidupan sehari-hari. Jika memang upaya itu berdampak baik pada kesehatan diri, mengapa tidak untuk terus peduli?
Penulis: Nandra Ayu
Editor: Amanda Cahayawulan