lpmindustria – Telah banyak tenaga medis yang terpapar dan gugur dalam memerangi Covid-19. Hal ini membuat beberapa kampus di Indonesia tergugah untuk membuat robot yang dapat ikut memerangi virus tersebut.
Petugas kesehatan merupakan garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan pasien Covid-19, mereka sangat berisiko tertular virus dari pasien atau sebaliknya, menularkan virus kepada orang yang berada di rumah sakit. Dilansir melalui laman theconversation.com, Gugus Penanganan Covid-19 menyatakan setidaknya terdapat 55 tenaga kesehatan yang telah gugur akibat Covid-19 di Indonesia. Hal ini membuat beberapa sekolah tinggi di Indonesia tergerak untuk menciptakan robot yang dapat membantu permasalahan diatas.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk membuat robot yang diberi nama Robot Medical Assistant ITS-Unair (Raisa). Dilansir dari laman its.ac.id, robot ini dibuat untuk meminimalisasikan kontak antara tenaga medis dengan pasien Covid-19 dan mengurangi penggunaan alat pelindung diri (APD) yang semakin menipis. “Sehingga dengan robot ini, tenaga medis dapat memiliki lebih banyak energi dan mengurangi terjadinya penularan,” ujar Prof. Mohammad Nuh, Ketua Dewan Pengawas ITS.
Direktur Rumah Sakit Unair (RSUA), Prof. Nasronudin, Sp.PD., KPTI-FINASIM, mengatakan robot Raisa dapat membantu tenaga medis dalam menangani dan memantau pasien. “Robot dapat memberikan layanan kepada pasien yang diisolasi, misalnya memberikan makanan, pakaian, atau obat-obatan,” ungkapnya. Namun, robot ini bukan untuk menggantikan posisi tenaga medis melainkan sebagai pendukung penanganan terhadap pasien. “Perlunya interaksi langsung untuk mendukung psikologi pasien Covid-19 sendiri,” kata Nasron.
Muhtadin ST MT, salah satu tim peneliti robot dari ITS menjelaskan bahwa robot Raisa dikendalikan dari jarak jauh menggunakan joystick dan diperkirakan dapat melayani sekitar delapan sampai sepuluh jam. Robot setinggi 1,5 meter ini juga dilengkapi dengan empat rak bertumpuk yang dapat membawa barang berkapasitas hingga lima puluh kilogram. Dalam robot Raisa, terdapat layar yang terhubung dengan perawat yang ada di luar ruangan isolasi sehingga antara pasien dengan perawat tetap bisa berkomunikasi secara langsung meski lewat video.
Selain ITS dan Unair, Universitas Telkom Bandung juga membuat robot khusus untuk membasmi virus Covid-19. Dalam laman telkomuniversity.ac.id, tim dari Universitas Telkom berhasil membuat sebuah alat inovasi, yaitu Autonomous UVC Mobile Robot (AUMR). Alat ini akan dimanfaatkan untuk disinfeksi dan sterilisasi pada ruang isolasi pasien positif Covid-19 tanpa campur tangan manusia secara langsung sehingga dapat meminimalisasi penularan Covid-19.
Robot AUMR ini bersenjatakan sinar ultraviolet tipe C atau UVC yang terpancar dari enam buah lampu yang terpasang di badan robot. Dalam laman bbc.com, Risnanda Satriatama selaku manajer riset dan pengembangan robot AUMR menjelaskan cara kerja robot tersebut. "Lampu UVC ini memiliki tipe panjang gelombang antara 200 sampai 280 nanometer. Panjang gelombang tersebut dapat membunuh atau mengurangi kemampuan DNA atau RNA dari si virus itu. Dengan demikian, virus tersebut tidak akan mereplikasi kembali atau bisa dibilang terbunuh," jelasnya.
Walaupun telah diuji coba, belum ada penelitian yang valid mengenai keefektifan sinar UVC dalam membasmi virus SARS-Cov2 yang merupakan penyebab Covid-19 hingga saat ini. "Ada beberapa penelitian yang mengatakan kalau sinar UVC dapat membunuh virus SARS-Cov1. Kami menggunakan pendekatan itu karena virus SARS-Cov2 itu memiliki struktur yang sama dengan virus SARS-Cov1 meskipun belum ada penelitian spesifik dalam waktu dekat ini," ujar Risnanda.
Pembuatan robot yang juga melibatkan Balai Pengembangan Instrumentasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung ini dapat beroperasi hingga kurun waktu lima jam dan sistem kerja UVC-nya bisa berlangsung sekitar satu jam. Akan tetapi, tidak boleh ada manusia yang berada disekitar robot saat robot tersebut beraksi. Sebab, manusia yang terpapar sinar UVC akan mengalami kerusakan kulit dan mata. Namun jika sterilisasi dilakukan di ruangan yang terdapat manusia, tirai kain biasa dapat dijadikan pelindung yang aman.
Hanifati Sabila