lpmindustria.com – Fenomena beauty privilege masih banyak terjadi di tengah masyarakat. Standar kecantikan yang terbentuk akibat fenomena tersebut dapat mengikis rasa percaya diri karena kekurangan yang dimiliki.
Perkembangan zaman tidak melepas pemikiran kuno dalam masyarakat. Hal ini tidak jarang terlihat dari penilaian masyarakat yang kerap mengacu pada rupa fisik. Banyak orang menganggap bahwa tampang rupawan merupakan kemudahan bagi hidup pemiliknya. Hal ini bisa disebut dengan beauty privilege.
Beauty privilege adalah pandangan khusus kepada seseorang, sehingga memberikan hak istimewa untuk orang tersebut karena memiliki wajah cantik atau tampan. Dilansir dari jurnal berjudul “Pengaruh Konstruksi Standar Kecantikan oleh Beauty Vlogger dalam Membentuk Identitas Diri Mahasiswa”, orang yang memiliki daya tarik akan masuk ke dalam sistem beauty privilege ini, mereka dianggap sebagai orang yang lebih memiliki kepribadian yang jauh lebih baik, lebih pintar, dan lebih beruntung dari kebanyakan orang.
Banyak yang beranggapan bahwa rupa yang cantik atau tampan adalah segalanya. Ketika pertama kali bertemu dengan orang lain, hal pertama yang dinilai adalah fisik. Hal tersebut secara tidak sadar membangun pandangan terhadap fisik sebagai hal yang utama. Bagi orang yang menerima beauty privilege tentu ini merupakan hal yang sangat menguntungkan karena menggambarkan bahwa mereka memiliki posisi yang lebih tinggi.
Seperti yang disampaikan dalam kanal YouTube Gita Savitri, beauty privilege hadir karena ketidaksetaraan, sehingga orang yang mendapatkannya akan diuntungkan. “Dalam suatu masyarakat itu pasti ada ketidaksetaraan dan dasarnya macam-macam, seperti ekonomi, ras tertentu, gender tertentu, agama, bahkan orientasi seksual tertentu. Akhirnya, di dalam dinamika ini ada orang-orang yang mendapatkan keuntungan hanya karena punya kuasa yang lebih besar di konteks sosialnya,” ucapnya. Ia juga menambahkan bahwa orang yang memiliki beauty privilege akan terus berupaya mempertahankan agar tetap berada di atas.
Selanjutnya, orang dengan beauty privilege akan lebih diprioritaskan. Contohnya adalah figur publik yang terjerat kasus. Tak jarang, banyak orang akan membela dan mendukungnya. Sayangnya dibalik kelebihan yang akan diperoleh, pasti tetap ada kekurangan. Orang yang mendapatkan beauty privilege dituntut lebih oleh lingkungan sekitar. “Hal yang menarik adalah beauty privilege juga memberikan dampak negatif ke orang yang menarik secara fisik. Contohnya, orang yang cantik atau tampan itu dapat ekspektasi lebih besar dari lingkungannya, ”ucap Gita.
Di samping itu, beauty privilege melahirkan sifat insecurity (baca: tidak percaya diri) bagi orang yang tidak masuk ke dalam lingkaran tersebut. Dengan begitu terbentuklah rasa iri dengan membandingkan kondisinya dengan orang lain. Hal tersebut menimbulkan pikiran negatif terhadap diri sendiri dan berujung menimbulkan rasa tidak percaya diri karena beranggapan bahwa kurang rupawan. Pemikiran negatif ini akan menghambat berbagai kesempatan yang ada untuk berkembang.
Sejak dalam kandungan, kita tidak mampu untuk memilih wajah kita ketika dilahirkan, itu merupakan kehendak Tuhan. Jadi, sebagai bentuk rasa syukur, kita harus dapat mensyukuri segala pemberian-Nya. Dengan mencintai diri akan dihasilkan pemikiran positif pada diri sendiri. Rasa kepercayaan diri akan membuat kita semakin lebih berharga di mata kita sendiri.
Kepercayaan diri juga membuat kita yakin akan kemampuan diri dan berani untuk mencoba hal yang baru, jangan menjadi jahat terhadap diri sendiri karena pemikiran negatif dan rasa insecurity. Dengan demikian, jangan mengikuti standar kecantikan yang orang lain buat, tapi buatlah standar kecantikan sendiri karena cantik yang sejati ada di dalam diri kita.
Penulis: Putri Yolanda
Editor: Ela Auliyana