Sudut Kerelevanan Filosofi Stoisisme di Era Modern

lpmindustria – Filosofi Stoisisme merupakan filosofi yang​ dicetus oleh Zeno of Citium pada awal abad ke- 3 SM. Filosofi ini mengajarkan tentang dasar untuk mencapai kebahagiaan dan landasan untuk mencapai tujuan manusia. Namun, terdapat argumentasi mengenai filosofi ini yang tidak relevan di zaman modern ini.

Filosofi Teras atau filosofi Stoisisme merupakan filosofi yang mengajarkan jika kebaikan-kebaikan yang datangnya dari luar (external goods), seperti kekayaan, kesehatan, kesenangan, penghargaan, talenta, kecantikan, dan kepandaian tidak memiliki fungsi yang penting untuk mencapai kebahagiaan seorang manusia. Hal ini adalah penjelasan filsuf Aristoteles mengenai external goods yang ada di dalam buku Aristotle’s Ethics: Critical Essays.

Dalam buku berjudul Filosofi Teras Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini, dipaparkan bahwa filosofi tersebut bertujuan untuk hidup bebas dari emosi negatif, seperti marah, cemburu, curiga, dan lainnya. Selain itu, tujuan lain dari filosofi ini adalah hidup untuk mengasah kebajikan, seperti kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan menahan diri.

Ada beberapa argumentasi yang disampaikan para penganut Stoisisme, salah satu diantaranya adalah Bedjo Lie, seorang dosen Agama di Universitas Kristen Petra. Melalui jurnal “Kebahagiaan dan Kebaikan-Kebaikan Eksternal: Sebuah Perbandingan antara Filsafat Stoa dan Kristen”, ia menyebutkan bahwa secara esensial, kebahagiaan bergantung pada kebajikan serta tidak terletak pada kebaikan eksternal. Akan tetapi di zaman modern seperti saat ini, manusia lebih banyak menggunakan materialisme, kesenangan, dan kenikmatan sebagai tujuan hidup. Hal ini dikarenakan tidak sedikit manusia yang merasakan kebahagiaan dari perolehan jabatan, pengakuan dari orang lain, serta barang yang diinginkan.

Selain itu, dalam jurnal ini juga terdapat argumentasi yang mengatakan bahwa kebahagiaan hanya dapat ditemukan ketika seorang memiliki kehidupan yang bajik atau berbudi luhur dengan cara menerapkan akal budi yang disempurnakan dalam kehidupan sehari-hari. Bedjo Lie menjelaskan, akal budi yang disempurnakan berarti kebajikan yang identik dengan hal yang patut dipuji dalam diri manusia. Dengan demikian, Bedjo Lie berpendapat jika manusia dapat merasakan kebahagian hanya dengan menerapkan akal budi yang luhur. Sementara di era saat ini, manusia hanya perlu berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkan kebahagiaan. Tak jarang juga, manusia tidak menggunakan landasan moral dan budi yang luhur untuk mencapai tujuannya.

Dapat disimpulkan, filosofi ini masih dapat relevan jika diterapkan di masa yang sulit agar tidak terlalu banyak berpikiran negatif. Selain itu, filosofi ini juga dapat digunakan sebagai landasan kepemimpinan. Hal ini dikarenakan filosofi Stosisme mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak melulu saat keadaan berlebih  dan nikmat tetapi juga saat merasa cukup dan bersyukur.  

 

Kevin Kahlil Akbar

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *