Toxic Masculinity, Budaya Maskulinitas yang Menyerang Laki-Laki

lpmindustria.com – Maskulinitas ternyata masih sangat kental di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Maskulinitas ini menimbulkan beberapa dampak negatif bagi laki-laki.

Maskulinitas adalah konsep yang mencakup berbagai hal yang membentuk identitas seorang pria yang dipengaruhi oleh budaya dan kondisi sosial di masyarakat setempat. Maskulinitas ini membangun pandangan bahwa seorang laki-laki harus memiliki sifat gagah, kuat, tidak cengeng, serba bisa, dan jantan. Hal tersebut mengartikan bahwa maskulinitas ini tidak lahir secara alami dalam diri seorang laki-laki. Kedudukan sosial mempengaruhi pembentukan stereotip gender untuk laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini, seorang perempuan lekat dengan kelembutan, pasif, emosional, penakut, patuh, dan bergantung yang biasanya disebut dengan femininitas. Stereotip ini berujung pada banyaknya masalah gender yang membeda-bedakan laki-laki dan perempuan. 

Garis pembeda antara perempuan dan laki-laki dapat ditemui dalam berbagai aspek sehingga dinilai natural dan wajar jika terjadi, karena hal serupa sudah sangat umum dan akrab dalam lingkungan masyarakat. Jika kita lihat lebih jauh, budaya maskulinitas mengarah kepada sistem patriarki yang memaksa nilai-nilai budaya ini untuk melekat di hidup laki-laki.

Di Indonesia sendiri, persoalan maskulinitas hingga saat ini masih terus melingkari kehidupan para laki-laki. Laki-laki sering kali berada dalam situasi di mana mereka harus bertingkah laku dan dituntut untuk selalu mencapai ekspektasi. Hal seperti itu dapat menciptakan beberapa masalah bagi laki-laki. Masalah ini melahirkan istilah toxic masculinity atau maskulinitas beracun yang artinya maskulinitas ini memberikan tekanan bagi para laki-laki untuk berperilaku layaknya pandangan masyarakat setempat. Jika ada laki-laki yang tidak sesuai dengan pandangan masyarakat tersebut, maka akan dinilai bahwa ia menyimpang. Selain itu, banyaknya tuntutan yang harus dicapai oleh laki-laki, seperti harus memiliki jabatan yang tinggi agar dapat dikatakan sukses. 

IBCWE (Indonesia Business Coalition for Women Empowerment) melakukan sebuah survey toxic masculinity untuk melihat bagaimana sudut pandang masyarakat terhadap maskulinitas terutama pada tempat kerja. Survey ini memetakan 10 toxic masculinity yang ada di lingkungan kerja. Hasilnya banyak yang tidak setuju dengan adanya budaya maskulinitas karena standar yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia masih sangat sulit untuk dicapai oleh seorang laki-laki.

Laki-laki akan dianggap gagal jika ia tidak maskulin, tradisi maskulinitas dalam kehidupan sosial ini akan membangun berbagai dampak negatif bagi diri laki-laki. Dampak dari toxic masculinity ini selain pandangan berbeda antara laki-laki-laki dan perempuan, juga dapat menghasilkan perilaku negatif, yaitu sifat dominasi yang tidak diinginkan hingga terciptanya sifat kebencian kepada perempuan. Karena tuntutan tersebut, laki-laki akan merasa bahwa ia mendapatkan tekanan dan perlakuan yang berbeda dengan perempuan. 

Toxic masculinity ini berdampak buruk bagi kesehatan mental karena laki-laki akan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosinya. Irvine et al (2018) pun berpendapat bahwa toxic masculinity ini dapat berujung pada tindakan fatal yang dilakukan oleh laki-laki, seperti bunuh diri, kriminal, hingga pelecehan seksual.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *