lpmindustria – GeNose merupakan alat pendeteksi Covid-19 pertama di Indonesia dengan menggunakan embusan napas, akhirnya memiliki izin edar dan siap untuk produksi massal.
Beberapa waktu lalu, para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) telah berhasil membuat alat pendeteksi Covid-19 melalui embusan napas yang diberi nama GeNose. Dilansir dari Tempo.co, GeNose dikembangkan atas kerjasama berbagai disiplin ilmu di UGM yang diketuai oleh Prof. Kuwat Triyana dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Dian K. Nurputra selaku anggota dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) menyampaikan bahwa proses penelitian untuk membuat alat tersebut sudah dilakukan sejak bulan April lalu. Adapun cara kerja alat tersebut mirip dengan pendeteksian oleh anjing. Bedanya, GeNose menggunakan penciuman elektronik. “Inspirasinya, waktu itu melihat bahwa anjing saja bisa dilatih untuk membaui Covid-19,” kata Dian.
Dalam Konferensi Pers GeNose UGM dan CePAD Unpad pada Senin (28/12/2020) lalu, Dian juga menyampaikan bahwa GeNose akan membaca pola Volatile Organic Compund (VOC) pada seseorang. "Seiring berkembangnya teknologi nanomaterial, kita mulai bisa membuat sensor spesifik atau sensitif dengan berlapis kan material nano. Sehingga, hal ini dapat mengukur perbedaan kadar VOC secara lebih sensitif," jelas Dian yang dikutip dari cnbc.indonesia.com.
Selanjutnya, dilansir dari laman Tirto.id, Dian juga turut memaparkan, GeNose mendeteksi VOC yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersamaan saat mengembuskan napas ke dalam kantong khusus. Setelah itu, VOC tersebut diidentifikasi melalui sensor-sensor, yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial.
Selain lebih mudah dan nyaman untuk digunakan, kemampuan deteksi alat ini pun terbilang cepat, hanya perlu waktu kurang dari dua menit untuk mengetahui hasilnya. “Sebelumnya butuh waktu sekitar tiga menit, namun kemarin saat diuji di Badan Intelijen Negara (BIN) sudah bisa turun menjadi delapan puluh detik, sehingga lebih cepat lagi,” kata Kuwat pada laman Tirto.id
GeNose sendiri tercatat memiliki tingkat sensitivitas dan spesifikasi yang tinggi, yaitu sekitar 89% – 92% dan 95% – 96% dari total 600 sampel valid di RS Bhayangkara dan Rumah Sakit Khusu Lapangan Covid-19 (RSKLC). "Dari semua kelengkapannya terutama dari uji validasi membandingkan antara GeNose dengan PCR Test, hasilnya sangat baik di atas 90 persen," ujar Menteri Riset dan Teknologi atau Kepala Badan Riset dan Teknologi Indonesia, Bambang Brodjonegoro pada webinar hari Jumat (11/12/2020) yang dilansir dari Suara.com.
Dikutip dari laman ugm.ac.id, Kuwat mengatakan izin edar GeNose dari Kemenkes turun pada Kamis (24/12). “Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan luar biasa dari banyak pihak GeNose C19 secara resmi mendapatkan izin edar (KEMENKES RI AKD 20401022883) untuk mulai dapat pengakuan oleh regulator, yakni Kemenkes dalam membantu penanganan Covid-19 melalui skrining cepat,” kata Kuwat, Sabtu (26/12).
Pada laman ugm.ac.id, Kuwat juga menegaskan bahwa setelah izin edar diperoleh, tim akan melakukan penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal batch pertama yang didanai oleh BIN dan Kemenristek/ BRIN untuk didistribusikan. “Mereka berharap agar dengan jumlah GeNose C19 yang masih terbatas ini dapat memberikan dampak maksimal,” ungkapnya.
Selain itu, ia menjelaskan untuk biaya tes dengan GeNose C19 cukup murah hanya sekitar Rp15-25 ribu dengan hasil yang cepat serta tidak memerlukan reagen atau bahan kimia lainnya. Dengan demikian, pengambilan sampel tes berupa embusan napas yang lebih nyaman dirasakan dibanding usap atau swab.
Aldi Ihza Maula