Anggapan Keliru tentang Feminisme

lpmindustria.com – Banyak anggapan keliru tentang feminisme yang tersebar di media sosial, sehingga memunculkan sindiran feminazi untuk para feminis yang paling vokal dan ekstrim.

Dilansir dari laman Tirto.id, menurut seorang penulis bernama Chimamanda Ngozi Adichie, feminisme adalah ideologi yang meyakini kesetaraan dalam hal sosial, politik, dan ekonomi yang adil antara laki-laki dan perempuan. Dalam jurnal berjudul “Feminisme sebagai Teori dan Gerakan Sosial di Indonesia”, feminisme di Indonesia muncul setelah hadirnya buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang yang berisi kesedihan R. A. Kartini karena dianggap lebih rendah dibandingkan laki-laki. Melalui buku tersebut, Kartini berkeinginan kepada kaum wanita untuk bergerak dan bangkit melawan penindasan yang ada.

Dengan demikian, feminisme hadir sebagai upaya memperjuangkan hak-hak kesetaraan, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang membuat perempuan tertindas. Selain itu, feminisme juga merupakan usaha dalam memerangi stereotip gender yang menghambat perempuan guna mendapat keadilan.

Pada kenyataannya, stereotip gender tersebut menghalangi perempuan untuk mengembangkan dirinya. Dimulai dari diskriminasi kerja serta belenggu patriarki yang menyebabkan kekerasan pada perempuan. Perlawanan terhadap diskriminasi dan patriarki tentu menjadi perjuangan panjang perempuan-perempuan yang terdidik secara konservatif.

Namun, sebagian perempuan justru ada yang miskonsepsi terhadap feminisme. Banyak oknum yang membenci laki-laki dan tatanan keluarga yang mereka anggap patriarki. Hal itu tentu bertentangan dengan feminisme. Oknum-oknum tersebut mengaku seorang feminis dan hendak melawan patriarki pada definisi mereka. Feminis-feminis inilah yang disindir sebagai feminazi.

Adapun di media sosial sendiri, para feminazi sendiri memberikan pandangan yang keliru tentang konsep feminisme, sehingga banyak orang yang salah paham dalam mengartikannya. Menurut postingan di laman edge.ua.edu, feminazi merujuk pada feminisme yang ekstrem. Feminazi meyakini bahwa perempuan yang mengerjakan pekerjaan rumah adalah perempuan yang diperbudak patriarki. Mereka beranggapan bahwa laki-laki patut dibenci dan perempuan harus lebih superior. Padahal, dalam hal ini tidak ada yang harus lebih baik dan buruk karena laki-laki dan perempuan setara.

Bahkan, beberapa waktu lalu Twitter pernah diramaikan dengan sebuah utas seorang wanita dengan akun @rainydecember. Dalam thread “Bekal untuk Suami Hari Ini” yang berisi resep bekal dan gambar kotak makan dari berbagai macam masakan, oknum feminazi mendebat bahwa membuat bekal makanan untuk suami itu adalah hal yang tidak berguna. Ini juga termasuk dalam kategori eksploitasi tenaga kerja perempuan karena perempuan tidak dibayar ketika sedang membuatnya.

Berdasarkan hal itu, patriarki tidak selamanya tentang perempuan yang membuat bekal makan untuk suami dan feminisme tidak selalu tentang perempuan yang harus mengungguli laki-laki. Feminisme itu mengenai kesetaraan gender yang berlandaskan keadilan, sehingga perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam menggapai akses baik pendidikan, ekonomi, maupun politik. Kemudian, dengan feminisme juga perempuan dapat terjamin keamanannya. Pilihan untuk menjadi wanita karir ataupun ibu rumah tangga yang gemar memasak adalah hak setiap individu yang sudah menikah.

Tidak semua perempuan suka bekerja dan tidak semua perempuan suka diam di rumah. Oleh sebab itu, hargai pekerjaan mereka dan dukung perempuan untuk mendapat akses dalam pendidikan, ekonomi, dan politik. Kita harus menjadi lebih bijak dalam menanggapi sesuatu, sehingga tak ada lagi julukan feminazi karena julukan tersebut terdengar sangat seksis. Tidak ada seorangpun yang ingin didiskriminasi hanya karena perbedaan gender. Hal yang tidak kalah penting adalah agar orang lain tidak kembali salah paham tentang feminisme.

Nurhalizah Wulan

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *