Pemanfaatan Teknologi Realitas Virtual dalam Kegiatan Pembelajaran

Ipmindustria Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat. Hal ini dapat dilihat dengan adanya teknologi realitas virtual yang telah dimanfaatkan dalam beberapa bidang, salah satunya kegiatan belajar mengajar.

Menurut Muhammad Femy Mulya, teknologi Virtual Reality (VR) adalah konsep yang mampu membawa penggunanya ke dunia maya atau virtual berupa simulasi lingkungan baru dengan pengalaman yang berbeda. “Intinya, teknologi yang memanfaatkan VR membuat pemakainya dapat seolah-olah di dunia nyata. Padahal, dia sedang ada di dunia maya,” jelasnya.

Adapun alat yang dibutuhkan untuk menerapkan realitas vitual ini memiliki harga yang cukup beragam dan berbeda pada segi interaktifnya. “Untuk kategori harga yang murah, headset VR berupa virtual box dapat menjadi pilihan, alat ini juga harus didukung oleh handphone yang mendukung pengelihatan 360 derajat. Kemudian, handphone tersebut dimasukkan ke dalam VR box,” ucap Femy. Selain itu, ada juga kategori harga yang mahal, yaitu headset VR yang sudah memiliki Liquid Crystal Display (LCD) dan joystick VR seperti Oculus Rift. Alat ini membutuhkan sebuah komputer untuk mengirimkan data VR ke headset tersebut.

Lebih lanjut, teknologi ini memiliki cukup banyak manfaat di berbagai bidang. “Di bidang pariwisata, orang dapat berwisata secara virtual apalagi saat pandemi seperti sekarang ini. Lalu, di bidang militer juga dimanfaatkan sebagai alat simulasi militer,” ujar Femy. Ia pun menyampaikan manfaat lainnya, yakni digunakan sebagai teknologi pembelajaran online di luar negeri, sehingga pengguna dapat merasakan pembelajaran tatap muka dengan dosen.

Dilansir dari situs psmk.kemdikbud.go.id, siswa bisa melakukan simulasi terkait bidang kerjanya dengan menggunakan teknologi VR. Hal ini memungkinkan siswa jurusan teknik dapat melihat mesin dari berbagai sudut pandang. “Terlebih lagi, siswa bisa melihat bagian dalam mesin dan mempreteli komponen-komponen mesin tersebut, seolah-olah mesin tersebut terlihat transparan. Bahkan, mereka dapat melihat aliran fluida di dalamnya,” ungkap Fahmi Ramadani selaku Chief Technical Officer (CTO) SmartEye. Ia menyebutkan bahwa penerapan teknologi ini terbilang lebih efisien daripada pengadaan alat praktikum yang mahal karena VR dari SmartEye menawarkan konten yang dapat diduplikat dan digunakan oleh banyak sekolah sekaligus.

Tak kalah dengan Sekolah Menegah Kejuruan (SMK), perguruan tinggi pun sudah membuat laboratorium VR yang merupakan hasil kerjasama dengan perusahaan teknologi. Dalam Beritasatu.com disebutkan bahwa Honeywell dan tiga universitas unggulan di Indonesia, yaitu UGM, ITB, UI meresmikan laboratorium yang terhubung dengan teknologi simulasi yang dilengkapi dengan kemampuan Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR). 

Menurut Femy, ada beberapa kendala dalam penerapan teknologi VR di Indonesia. “Kendalanya adalah belum banyaknya orang yang paham akan teknologi tersebut. Konfigurasinya juga tidak semudah penggunaanya, lalu konten atau virtualnya sulit dicari serta harga yang mahal,” jelasnya. Terkait kendala-kendala tersebut, Femy menyampaikan solusi yang dapat dilakukan dalam penerapan teknologi VR ini. “Universitas dapat menambahkan mata kuliah terkait VR dalam kurikulum, karena beberapa kampus juga sudah mulai menerapkannya,” tutupnya.

 

Rinaldi Oktarinanda

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *