Judul : Jika Kucing Lenyap dari Dunia
Penulis : Genki Kawamura
Penerjemah : Ribeka Ota
Genre : Fantasi
Penerbit : BACA
Halaman : 255 halaman
Harga : Rp 78.000,- (Pulau Jawa)
“Semakin sibuk dikejar hal-hal yang ada di depan mata, aku semakin kehilangan waktu untuk melakukan hal yang benar-benar penting. Dan gawatnya, kita sama sekali tidak sadar telah kehilangan waktu yang berharga itu.” (Jika Kucing Lenyap dari Dunia: 160)
Itulah penggalan kalimat yang ada dalam buku Sekai Kara Nek Oga Kieta Nara atau Jika Kucing Lenyap dari Dunia karya Genki Kawamura, seorang penulis novel dan produser film asal Jepang, yang telah memenangkan penghargaan Asia Pacific Screen Awards untuk kategori Best Animated Feature Film pada salah satu judul filmnya, yaitu Tenki no ko (2019).
Secara garis besar, novel Jika Kucing Lenyap dari Dunia menceritakan tentang seorang pemuda penyendiri pengidap kanker akut yang usianya diperkirakan sudah tidak akan lama lagi. Hal tersebut membuat pemuda itu merasa kacau, hingga akhirnya ia bertemu dengan sesosok iblis bernama Aloha. Aloha yang sebenarnya telah mengetahui kekalutan pemuda itu lantas menawarkan satu pilihan. Aloha akan menyambung nyawa pemuda itu satu hari apabila ia bersedia menghilangkan satu hal dari dunia.
Meskipun awalnya bimbang untuk menyetujui tawaran itu, di kemudian hari, keduanya pun menjalin perjanjian tersebut. Semenjak saat itu, beberapa hal krusial di dunia ini telah hilang dan beberapa lainnya terancam hilang, termasuk Kubis, kucing kesayangan pemuda itu, demi menyambung umurnya.
Jika dipandang sekilas, novel fantasi yang menjadi salah satu novel best seller penerbit BACA di tahun 2021 ini hanya menceritakan sesuatu yang ringan. Sesuatu yang dirasa hanya sebatas dongeng belaka. Namun apabila dibaca saksama, cerita yang dibawakan lebih dari itu. Pada saat Aloha menawarkan pilihan, satu hari penambahan nyawa harus dibayar dengan satu kali kehilangan suatu hal, itu artinya novel ini hendak memberitahu pembaca bahwa bila kita menginginkan suatu hal untuk datang, kita juga harus siap kehilangan suatu hal yang lainnya.
Bahkan secara halus, novel ini mendorong pembaca untuk menyadari bahwa manusia sering kali merasa akan pentingnya suatu hal ketika hal tersebut telah tiada. Sebagaimana yang telah dialami pemuda yang ada di novel ini. Setelah ibunya meninggal dunia, ia baru mengerti, ia tidak pernah benar-benar menghargai setiap hal yang dilakukan bersama ibunya.
Novel ini dikemas dengan sederhana dan menggunakan bahasa yang mudah dipaham, sehingga berhasil mengundang gelak tawa dan sedu dalam sekali waktu. Meskipun ada beberapa bagian cerita yang bisa ditebak, novel yang juga hadir dalam versi film ini mampu menjadi salah satu rekomendasi buku yang baik, terlebih untuk pecinta kucing karena dapat mempererat hubungannya dengan kucing peliharaannya sebagai dampak dari setiap perlakuan hangat si pemuda kepada Kubis.
Penulis: Affifah Nasrillah
Editor: Ela Auliyana