Cinta Pertama
Melihat senyum manis yang berbinar Tumbuh rasa, cinta yang teramat dalam Kala itu, jantungku bergetar Seperti melihat keindahan alam Bertemu pandang pertama Seakan
Melihat senyum manis yang berbinar Tumbuh rasa, cinta yang teramat dalam Kala itu, jantungku bergetar Seperti melihat keindahan alam Bertemu pandang pertama Seakan
Kamu menghilang dikala badai menyapu Setelah aku gagal menahan agar kau tak lepas Genggaman tangan terakhir di malam itu Terasa halus selembut kapas
Hujanku Kusukai dirimu sejak dulu Membuatku berlari hingga menari Air jernih yang memiliki arti Aku dan hujanku Tercipta dalam batasan ruang dan waktu
Di tengah badai kegelisahan Pagi hari yang penuh angan dan harapan Saat sebagian merasa usai akan perjalanan Dan sebagian lainnya khawatir akan masa depan
Sebuah ingin yang tertahan Yang terkadang terselip kerinduan Dan sering kali menjadi beban Dengan harap menunggu masa depan Serta tiap bait doa yang
Jatuh Jatuh, jatuh, jatuh, jatuh Luka, biru, memar, darah Tangis, teriak, amarah, putus asa Kaca, gelas, pena, kuas Tulis, gambar, keluarkan Keluarkan
Semakin jauh waktu yang kutinggal Semakin dekat diriku dengan ajal Sadarku tak memiliki bekal Untuk nanti di kehidupan yang kekal Waktu tak selamanya
Hidup… Tak hanya sebuah persamaan Namun juga lahir dari sebuah perbedaan Agama, gender, ras, serta kebudayaan Bukanlah sebuah alasan Tuk menyulut api perpecahan
Senyum yang dulu sering terukir indah diwajahmu perlahan memudar Tawa yang dulu sering kau nyanyikan perlahan sirna Harapan yang dulu sering kau rapalkan perlahan
Aku sekarang seakan naik rollercoaster. Naik dengan cepat, turun dengan cepat, stabil sebentar Aku sekarang berada di titik mempertanyakan segalanya Apakah aku sudah