lpmindustria.com – Saat ini aplikasi konferensi video banyak digunakan untuk melakukan kegiatan daring. Namun, intensitas yang tinggi melakukan kegiatan tersebut ternyata dapat menyebabkan kelelahan yang disebut dengan istilah Zoom Fatigue.
Menurut SehatQ.com, zoom fatigue adalah rasa lelah yang muncul akibat tingginya intensitas waktu dalam mengikuti konferensi video. Kondisi ini baru terjadi pada saat pandemi, dimana kegiatan sekolah dan perkantoran dialihkan secara online. Istilah ini tidak hanya digunakan untuk penggunaan aplikasi Zoom, tetapi juga aplikasi lainnya, seperti Google Meet, Skype, Microsoft Teams.
Dilansir dari laman kemenkes.go.id rasa lelah karena terlalu banyak melakukan konferensi video ini biasanya dirasakan oleh orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Mengutip dari laman dip.fisip.unair.ac.id, zoom fatigue disebabkan oleh beberapa hal yaitu, berkurangnya atau tidak adanya komunikasi non-verbal, gangguan lingkungan rumah, tidak terdapatnya istirahat atau perpindahan tempat ketika melakukan konferensi video, selain itu, melihat wajah diri sendiri juga dapat membuat stress.
Lebih lanjut pada laman fisioterapi.esaunggul.ac.id, menurut Wahyudin, zoom fatigue terjadi dikarenakan seseorang melakukan kegiatan dengan konferensi video dengan posisi yang salah. “Salah satunya ketika tubuh membungkuk saat melakukan rapat atau pembelajaran daring, kepala diletakan ke depan dan mata mengarah ke kamera. Posisi ini dapat memengaruhi postur karena leher menanggung beban yang berat dari kepala,” ucapnya.
Salah satu dampak zoom fatigue bagi kesehatan fisik yaitu postur duduk yang salah bisa menyebabkan saraf terjepit. Saraf terjepit timbul akibat tekanan dari jaringan di sekitar saraf, contohnya seperti otot, tulang maupun tulang rawan. Tekanan ini mengganggu kerja saraf, sehingga timbul rasa sakit, kesemutan, dan mati rasa.
Dina Vebiola Saraswati Kuntardi dalam Jurnal Publisitas “Zoom Fatigue dan Keberfungsian Sosial Di Kalangan Mahasiswa” menyebutkan bahwa kelelahan tersebut dapat memicu terjadinya gangguan pada fungsi sosial mahasiswa. Hal ini terlihat dari tidak mampunya mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan rasa aman dan kebutuhan sosialnya. Selain itu, berbagai peran sosial yang harus dijalankan dalam satu waktu juga membuat mahasiswa mengalami kesulitan untuk menjalankan peran sosialnya dengan baik. Sementara itu, mahasiswa juga mengalami kesulitan untuk mengatasi masalah lainnya sehingga mahasiswa tidak terlepas dari kondisi stres.
Lalu menurut Atikah Pustikasari dan Lia Fitriyanti dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 13(1) “Stress dan Zoom Fatigue pada Mahasiswa Selama Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19” disampaikan bahwa kelelahan yang dialami individu dalam beraktivitas/bekerja dapat dilihat dari riwayat penyakit yang dideritanya. Dalam penelitian ini pula dijelaskan bahwa kondisi sakit tidak berpengaruh terhadap kejadian stres. Hasil penelitian lain menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara gejala gangguan somatoform dengan tingkat stres. Dilansir dari Alodokter, gangguan samatoform merupakan kelainan psikologis pada seseorang yang ditandai dengan sekumpulan keluhan fisik yang tidak menentu, namun tidak tampak saat pemeriksaan fisik. Meski demikian mahasiswa yang mengalami sakit berisiko stres, dapat menyebabkan perubahan fisiologis sebagai respons tubuh terhadap stresor atau respons stres.
Mengutip dari laman fk.unair.ac.id, Santi Yuliani selaku Konsultan Psikiater memberikan beberapa tips sederhana yang dapat diterapkan untuk menanggulangi zoom fatigue. Diantaranya yaitu memperhatikan proporsi, membatasi intensitas waktu dalam penggunaan layar gawai. Lalu menyiapkan ruang khusus dan dress code atau pakaian karena intensitas Zoom yang terlalu lama terkadang juga membuat kita kesulitan berkonsentrasi. Terakhir, membatasi informasi, bisa jadi kelelahan yang dialami bukan semata karena Zoom, tetapi juga karena aktivitas sehari-hari yang beralih ke daring. “Kelelahan karena aktivitas daring juga berpengaruh langsung pada kesehatan mental kita. Agar kita tetap waras selama pandemi, sangat penting untuk membatasi informasi,” tangkasnya.
Dilansir dari laman lldikti8.ristekdikti.go.id, terdapat lima cara guna mengurangi zoom fatigue, yaitu menghindari multitasking, bangun dan istirahat, mengurangi rangsangan pada layar, menyeimbangkan waktu melakukan konferensi video, dan menggunakan speaker view.
Penulis: Zharifah Tafidah
Editor: Ela Auliyana