lpmindustria.com – Keterbatasan fisik bukanlah halangan seseorang untuk berhenti berkarya, anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 6 Jakarta buktinya. Mereka mampu membuat berbagai kreasi kerajinan tangan untuk menghasilkan produk bernilai jual.
Sering kita jumpai limbah atau sampah yang sudah tidak terpakai dibuang begitu saja, padahal limbah tersebut dapat kita olah kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat. Salah satunya limbah saringan kopi, yang mana kita jarang mengetahuinya. Hal inilah yang membuat anak-anak SLBN 6 Jakata mencoba bereksperimen dalam mengolah saringan kopi daur ulang untuk membuat sebuah kreasi yang memiliki nilai jual. Keberhasilannya tersebut tentu tak luput dari bimbingan seseorang dibelakangnya, yaitu Teti Leliana Purba. Guru seni yang kerap disapa Leli Purba ini turut mengajar dan membantu anak-anak dalam membuat kerajinan.
Ada berbagai macam kreasi kerajinan tangan yang dihasilkan oleh anak-anak SLBN 6 Jakarta itu, diantaranya Suspeso, Decoupase, Burn Effect, dan Fox Leither. Empat macam kreasi tersebut merupakan nama dari teknik atau seni menempel yang mereka gunakan. Hasil kreasi mereka cukup memuaskan, melalui beberapa kreasi tersebut mereka dapat membuat berbagai macam produk. Diantaranya tas, tempat tisu, pot bunga, frame foto, sandal, hiasan dan pernak-pernik lainnya. Semua produk itu mereka beri nama D’tama. “Nama produk kita ini adalah D’tama, artinya itu ‘dengan tangan dan mata’,” ujar Leli Pruba.
Media daur ulang dan cara yang digunakan dari semua kerajinan tersebut sangat beragam. Pertama, produk Suspeso. Pembuatannya menggunakan plastik daur ulang. Kedua, produk Burn Effect, menggunakan bahan koran. Ketiga, produk Decoupase. Dalam sebuah buku dijelaskan bahwa Decoupage merupakan seni menempel kertas yang dipotong mengikuti bentuk benda yang dilukis dan kemudian menggunakan pernis untuk membuat barang terlihat mahal (Downhan, 2013). Pembuatan kerajinan ini menggunakan bantuan tisu.
Dari ketiga kerajinan diatas, ada satu lagi kerajinan yang sangat menarik dan menjadi keunggulan kerajinan mereka. Kerajinan yang dimaksud yaitu Fox Leither, sebuah kerajinan dengan menggunakan saringan kopi daur ulang sebagai bahan utamanya. Media saringan kopi daur ulang ini didapat dengan membeli jika dalam keadaan mendesak atau dari limbah kopi di kafe yang sudah tidak terpakai lagi. “Untuk saringan kopinya, kalau dalam keadaan mendadak kita beli lalu kita bikin. Tapi biasanya dari kafe-kafe mereka kumpulin, jadi limbah-limbahnya kita ambil,” jelas Leli Purba.
Dalam pembuatan produk ini, mereka membuatnya setiap pertemuan kelas seni di sekolah. Untuk menghasilkan satu produk kerajinan, mereka membuatnya selama dua kali pertemuan dalam satu minggu. Harga hasil kreasi para penyandang disabilitas ini mulai dari Rp200.000 hingga Rp300.000 untuk kerajinan selain Fox Leither, tergantung tingkat kesulitan dan bahan produksinya. Tetapi untuk produk kerajinan Fox Leither cukup mahal, karena pengerjaannya pun cukup rumit. Dalam segi pemasaran, mereka sudah mempromosikan kerajinan mereka di beberapa pameran, diantaranya di pameran InaCraft dan JakCraft.
Pihak sekolah tentunya memiliki tujuan dan harapan dari keberhasilan yang telah dicapai oleh anak-anak SLBN 6 Jakarta ini. Selain menjadi prestasi, hasil kerajinan ini dapat menjadi bekal mereka untuk mencari mata pencaharian. Bahkan bisa mereka bisa menciptakan lapangan kerja di Indonesia, dan menciptakan produk lokal yang berkualitas. “Saya mewakili sekolah berharap semoga menjadi prestasi. Mereka punya ilmu, meskipun mereka tidak bisa kuliah tapi bisa usaha sendiri dan menciptakan lapangan kerja. Semoga pemerintah bisa mengembangkan kegiatan seperti ini melalui guru-guru dan pelatihan,” tutup Leli Purba.
Albi Hasan