China Mendobrak Pasar Otomotif di Indonesia

lpmindustria.com – Dua merek otomotif asal China menjajaki industri otomotif di Indonesia, berbagai dampak timbul dengan datangnya pendatang baru tersebut. Data berbicara bahwa kehadiran mobil asal China kini semakin memanaskan persaingan industri otomotif  di Tanah Air.

Produsen otomotif asal China sudah mulai meramaikan dunia otomotif di Indonesia, terbukti saat ini dengan masuknya dua perusahaan otomotif baru di Indonesia yaitu PT SGMW Motor Indonesia dan PT Sokonindo Automobile. PT SGMW Motor Indonesia telah berinvestasi untuk memperluas pasar otomotif di Indonesia. Perusahaan tersebut memproduksi kendaraan roda empat berjenis Multi Purpose Vehicle (MPV) dengan merek Wuling. Pada lansiran Berita Industri di website Kemenetrian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan selaku Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, menuturkan pembangunan pabrik tersebut dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Misalnya, penerimaan pajak yang dapat menunjang pembangunan nasional serta penyediaan lapangan kerja. Sementara itu, perusahaan otomotif asal Tiongkok lainnya yakni PT Sokonindo Automobile dengan merek mobilnya yaitu Sokon/DFSK turut hadir meramaikan industri otomotif di Indonesia dengan jenis mobil Sport Utility Vehicle (SUV) dan juga Pick-Up. Sokonindo menargetkan dapat menunjang perekonomian Indonesia dengan cara menggunakan sebagian besar komponen lokal “Sebagai tahap awal, komponen yang digunakan murni dari Tiongkok. Namun dalam lima tahun ke depan dalam pengembangan berikutnya, kami bisa gunakan 20% konten Tiongkok dan 80% konten lokal,” ujar Alexander Barus selaku Komisaris Sokonindo Automobile pada laman Berita Industri di Website Kementerian Perindustrian.

Meskipun pendatang baru, produsen otomotif tersebut mendapat sambutan baik oleh masyarakat Indonesia. Jika mengacu pada data distribusi wholesales (baca: dari pabrik ke diler) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, Wuling sudah berhasil menggeser Nissan yang tercatat kurang aktif meluncurkan model baru. Misalnya bulan November secara wholesales, Wuling mengirimkan 1.277 unit mobilnya ke diler. Totalnya Januari hingga November Wuling mengirim 14.677 unit ke diler. Kenaikan penjualan Wuling juga didukung pula oleh data ritel (dari diler ke konsumen). Pada bulan kesebelas tahun 2018, sebanyak 1.119 unit mobil Wuling diantar ke garasi konsumen. Jika dijumlah dari Januari sampai November, 13.808 unit mobil Wuling diantar ke konsumen. Tak mau kalah dengan Wuling, Sokon/DFSK juga menunjukan keseriusannya dalam menjajaki dunia otomotif di Indonesia. Pada bulan November 2018, secara wholesales mobil-mobil Sokon/DFSK terjual 137 unit. Kemudian, bila total selama 11 bulan di 2018 ada 1.120 mobil DFSK dikirim ke diler. Angka penjualan DFSK memang belum secemerlang Wuling. Namun, berdasarkan tautan CNN, PT Sokonindo Automobile memberikan kelebihan lain yaitu berupa masa garansi tujuh tahun atau 100.000 km untuk jenis mobil SUV Glory 580. Garansi tersebut mencakup seluruh kendaraan dan mesin, semua komponen heavy-duty bernilai tinggi, mulai dari ECU, sistem kemudi EPS, evaporator AC, radiator, dan lain-lain. Tawaran tersebut sangat melebihi kemampuan sebagian besar merek otomotif di Indonesia.

Masuknya produsen otomotif baru tersebut jelas menimbulkan dampak bagi produsen otomotif lain. Seperti yang dirasakan PT Astra Internasional yang merupakan salah satu produsen otomotif besar asal Jepang yang bernaung di Indonesia. Pada kuartal pertama 2018 Astra mengalami penurunan yang diakibatkan oleh beberapa produsen otomotif baru “Iya kita mengalami penurunan. Karena tidak bisa dipungkiri banyak produsen baru dan model baru yang keluar. Pertarungan makin panas di otomotif,” papar Boy Kelana selaku General Manager Head of Corporate Communication Division PT Astra pada laman detik.com. Dalam dunia industri, adanya persaingan pasar sudah menjadi hal yang lumrah, PT Astra Internasional menyikapi para pesaing tersebut dengan santai “Kita open, terima semua kompetitor. Kita sambut, bukan musuhi. Oleh karena itu, kita akan ada langkah-langkah strategis untuk meraih hasil positif,” ucap Boy Kelana.

Tak bisa dipungkiri, penjualan mobil China belum bisa sepenuhnya menandingi merek-merek Jepang. Akan tetapi, fakta menunjukan bahwa kedua merek China tersebut memiliki tren penjualan yang positif. Menurut Yannes Martinus sebagai Pengamat Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dikutip pada laman viva.co.id, merek China sudah mulai sungguh-sungguh “Merek-merek besar China mulai semakin banyak masuk. Jika awalnya lewat Cherry di bawah Indomobil Grup tidak sukses, lalu Geely dengan dana investasi sekitar Rp4 triliun tidak sukses. Namun mereka sudah berhasil menanamkan image mobil China yang murah,” kata Yannes. Sebagai penutup, beliau juga menilai bahwa pada dasarnya masyarakat tidak dimungkinkan untuk mendapat fitur mewah dengan harga murah. Tetapi China kini berhasil memenuhi apa yang diharapkan oleh konsumen di segmen bawah dan menengah.

Fandi Prasetio

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *