lpmindustria – Sejak tahun 2018, teknologi jaringan 5G di Indonesia telah diuji coba oleh beberapa operator. Namun hingga saat ini, teknologi tersebut masih belum dapat diimplementasikan secara menyeluruh karena beberapa kendala.
Menurut domanesia.com, jaringan fifth generation (5G) adalah teknologi terbaru pada bidang telekomunikasi yang melebihi standar generasi sebelumnya yaitu 4G. Dilansir dari liputan6.com, jaringan ini pernah diuji pada Asian Games 2018. Dalam ajang tersebut, Telkomsel mengadakan acara sneak peek (baca: bocoran sesuatu yang belum resmi dirilis) rangkaian teknologi 5G di pameran yang bernama Telkomsel 5G Experience Center.
Melalui acara tersebut, masyarakat dapat mengetahui dan merasakan program implementasi teknologi revolusioner ini melalui berbagai perangkat yang telah dilengkapi dengan teknologi 5G. “Misalnya adalah Live Streaming, Football 2020, Future Driving, Cycling Everywhere, dan Autonomous Bus,” tutur Ririek Adriansyah selaku Direktur Utama Telkomsel.
Terkait dengan program tersebut, operator-operator di Indonesia sedang melakukan pengkajian, pengembangan, dan pengujicobaan secara berkala demi keberlangsungan jaringan 5G. Dimuat dalam cyberthreat.id, Smartfren telah menggelar uji coba pada Agustus 2019. Operator lainnya, seperti XL Axiata dan Indosat Ooredoo, juga sudah melakukan uji coba serupa.
Berbeda dengan Indonesia, perkembangan teknologi jaringan 5G lebih cepat terjadi di beberapa negara Asia. Menurut artikel muatan bisnis.com yang tebit pada Juli 2020, jaringan 5G sudah dapat ditemukan di negara Cina, Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura.
Ririek mengatakan bahwa salah satu kendala pengembangan jaringan 5G di Indonesia adalah belum tersedianya spektrum untuk penerapannya. “Jaringan 5G membutuhkan spektrum yang luas yaitu 100 Megahertz (MHz),” jelasnya pada cnbcindonesia.com.
Selain itu, dilansir dari tek.id, Ririek yang juga merupakan Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mengatakakan bahwa belum diresmikannya alokasi frekuensi 5G oleh Kemkominfo menjadi tantangan utama bagi operator-operator. Kemudian, rendahnya penetrasi optik, sulitnya regulasi pemerintah daerah tentang pembangunan infrastruktur telekomunikasi, minimnya studi terkait 5G, dan sedikitnya keterlibatan industri vertikal juga telah menjadi kendala lainnya.
Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) sendiri di laman cnnindonesia.com, terdapat kendala pada frekuensi low dan middle layer. Low layer sendiri memiliki tiga frekuensi, yaitu 700, 800, dan 900. Sementara itu, middle layer berada di frekuensi 1800, 2100, dan 2300. Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Ismail, kedua layer tersebut masih digunakan oleh operator lain jauh sebelum wacana 5G digaungkan. Selanjtnya, ia mencontohkan bahwa di bandwidth 700 digunakan oleh broadcasting operator untuk menyalurkan saluran televisi.
Dengan demikian, rencana kedepannya terkait 5G di Indonesia adalah menunggu ketersediaan spektrum dalam rangka ketersediaan jaringan 5G. Menurut PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TLKM), Kemkominfo saat ini masih mengatur berbagai hal terkait ketersediaan spektrum tersebut, seperti yang tertulis di cnbcindonesiaicom.
Kemudian, Ismail menuturkan, “Kita butuh frekuensi 700. Oleh karena itu, dilakukan proses yang dinamakan analog switch off yang sekarang sedang di proses legislasi atau aturan undang-undang agar bisa dimanfaatkan.”
Ela Auliyana