lpmindustria.com – Muncul pada Toyota Production System (TPS), kini Poka Yoke menjadi alat untuk mencegah kesalahan yang dilakukan manusia di dunia industri. Penerapan metode ini pun banyak membuat dampak yang baik di dunia indsutri.
Poka Yoke pertama kali diperkenalkan oleh Shigeo Shingo, seorang ahli terkemuka dunia dalam praktik manufaktur dan sistem produksi Toyota. “Kalau berbicara Just In Time (JIT) sudah jelas dari Toyota. JIT itu cikal bakal Toyota Production System (TPS). Di TPS, ada JIT dan Jidoka yang di dalamnya ada Poka Yoke,” tutur Irma Agustiningsih, salah satu dosen mata kuliah Sistem Produksi di Politeknik STMI Jakarta. Kala itu, Shigeo sering menemukan kesalahan yang dilakukan pada saat penggantian dies (baca: cetakan) pada Single Minute Exchage Die (SMED). “Ketika itu, Shigeo Shingo sering mendapati kesalahan pada saat orang mengganti dies, sehingga ia mencari suatu keilmuan yang mampu mengatasi masalah tersebut,” tutur Irma.
Sebelumnya, Poka Yoke dikenal dengan istilah Baka Yoke. “Ketika kesal, orang Jepang akan mengatakan baka yang berarti bodoh. Sedangkan, yoke berasal dari kata yokeru yang artinya menghindar. Jadi, Baka Yoke berarti menghindari orang bodoh,” jelas Setiawan selaku Manager Production and Strategy di PT Mitsubishi Motors Kramayudha Indonesia. Setiawan menjelaskan bahwa kata baka diganti dengan kata poka yang berarti kesalahan. Sehingga, Poka Yoke berarti menghindari kesalahan manusia.
Menurut buku berjudul Poka Yoke: Improving Product Quality by Preventing Defect oleh Nikkan Kogyo Shimbun, ada tiga fungsi dasar Poka Yoke, yaitu shutdown, control, dan warning. Hal ini pun dijelaskan pula oleh Irma. “Shutdown berarti pemberhentian proses agar tidak berlanjut. Lalu, control berarti pencegah terjadinya kesalahan di proses. Terakhir, warning berarti pengingat kesalahan yang bisa berupa lampu atau andong,” jelas Irma.
Menurut Setiawan, Poka Yoke bertujuan untuk meningkatkan kualitas, sebagai alarm sistem, dan mencegah demotivasi karyawan. “Tujuan pertama adalah meningkatkan kualitas atau menurunkan rasio defect. Kedua, menjadi alarm atau sistem jika terjadi kesalahan. Ketiga, memberikan efek kepedulian dan psikologis kepada operator,” tuturnya.
Selain itu, Setiawan juga mengatakan bahwa ketika perusahaan menggunakan sistem Poka Yoke, maka perusahaan tersebut mampu mendeteksi dan mengontrol kesalahan, sebelum kesalahan tersebut terjadi. Namun, Poka Yoke juga memiliki kekurangan dalam penerapannya. Kekurangan tersebut terletak pada penggunaan sensor yang akan memakan banyak biaya. “Untuk industri maju, penerapan Poka Yoke menggunakan sensor yang harganya mahal. Sulit untuk industri kecil menengah untuk menggunakan sensor karena terkendala oleh cost,” jelas Setiawan.
Penerapan Poka Yoke harus diterapkan saat pabrik masih dalam proses konstruksi dan dalam tahap desain produk. “Poka Yoke harus disiapkan ketika pabrik sedang dikonstruksi atau produk sedang di desain. Ketika mendesain mobil, soket-soket dan pasangan-pasangannya harus didesain berdasarkan Poka Yoke. Jika di pabrik sudah ada lini produksinya, dicari proses mana yang paling banyak menghasilkan defect,” ucap Setiawan
Ada beberapa contoh penerapan Poka Yoke di dunia industri. Irma selaku akademisi industri memberikan contoh Poka Yoke, yaitu bermacam-macam rak atau palet dalam produksi JIT yang harus dipisahkan agar tidak terjadi kesalahan. “Contohnya, ketika perusahaan ingin memproduksi knalpot dalam jumlah yang banyak. Namun, knalpot itu berbeda tipe antara satu dengan yang lain dan harus ditempatkan di rak yang sama. Maka, penempatan di rak tersebut dapat disusun menjadi A, B, C, dan D sesuai dengan tipenya agar tidak terjadi kesalahan,” tuturnya.
Contoh lain dipaparkan oleh Setiawan selaku praktisi industri, yaitu jok mobil di tipe A dan B yang berbeda, namun tetap terjadi salah pasang. Sehingga, dipasang sensor untuk pengecekan kesesuaian. “Contohnya pada pemasangan jok mobil, ada yang tipe A dan B. Pada saat itu, terjadi salah pasang beberapa kali. Data tersebut di cek oleh orang quality, lalu dibuatlah diagram pareto. Akhirnya, dipasang sensor untuk pengecekan. Kalau operator sudah paham tidak perlu dipasang sensor,” jelasnya.
Khairil Ilzam