Kelanjutan Program Pascasarjana Politeknik STMI Jakarta

lpmindustria.com – Program Pascasarjana di Politeknik STMI Jakarta telah direncanakan sejak tahun 2016, namun hingga saat ini program tersebut  belum juga direalisasikan.

Sejak tahun 2016 Politeknik STMI Jakarta telah merencanakan untuk membuka program studi (Prodi) pascasarjana. Hal ini dilakukan karena, saat itu Politeknik STMI Jakarta tengah menjalankan program Reposisi Jilid II. Salah satu isi dari program tersebut adalah mengembangkan prodi dan meningkatkan jenjang pendidikan. Prodi Sistem Manufaktur Otomotif menjadi pilihan untuk program pascasarjana tersebut.

Meskipun ditargetkan akan direalisasikan pada awal tahun ajaran baru 2017, namun hingga saat ini program pascasarjana belum direalisasikan. Menurut Pembantu Direktur (Pudir) I bagian Akademik, Ridzky Kramanandita, program pascasarjana ini di pending untuk sementara, karena adanya perintah dari Ketua Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Kapusdiklat) Industri. “Kapusdiklat menilai untuk program pascasarjana ini belum mencerminkan otomotifnya,” ujar Ridzky.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ketua Tim Penyusun Program Pascasarjana Sukma Adnan, yang menuturkan bahwa adanya perubahan prioritas dikarenakan keputusan dari Kapusdiklat. “Kapusdiklat lebih mengharapkan untuk prodi Teknik Rekayasa Otomotif (TRO) yang segera direalisasikan, karena hal itu program pascasarjana ini ditangguhkan (baca: tertunda) dulu kepengurusannya,” ungkap Sukma. Sukma juga menambahkan bahwa sebenarnya persiapan program pascasarjana lebih matang dari pada prodi TRO.

Walaupun sedang ditangguhkan, tim program pascasarjana tetap terus memantau perubahan-perubahan tentang kebijakan untuk membuka program pascasarjana ini. Pada tahun 2017, sempat terjadi perubahan terkait dengan pengajuan program pascasarjana. Program yang ingin diajukan harus telah memiliki analisis terhadap Capaian Pembelajaran (CP). “Untuk memenuhi CP ini kami mengadakan seminar umum bersama dengan pihak-pihak Industri, sehingga terbentuklah CP dengan formulasi berdasarkan kurikulum lengkap,” jelas Sukma.

Pada tahun 2018 terjadi lagi perubahan terkait dengan pengajuan program pascasarjana akibat dari pergantian Direktur Jendral (Dirjen) Kemenristekdikti. Sukma mengaku perubahan kebijakan ini malah mempermudah proses pengajuan program pascasarjana ini. “Saya sempat memberi tahu Direktur terkait hal ini. Namun, karena tidak ada respon positif dari Kapusdiklat terkait dengan pengembangan program pascasarjana ini, Direktur pun belum bisa bergerak untuk mengajukan program ini,” ungkap Sukma.

Selain terkendala akibat perubahan prioritas dari Kapusdiklat, anggaran juga menjadi salah satu alasan program pascasarjana ini ditangguhkan. “Saya menyadari bahwa adanya keterbatasan anggaran membuat kita tidak bisa mengajukan dua prodi baru secara bersamaan,” ucap Sukma. Meskipun begitu, Pudir I mengatakan bahwa anggaran bukan menjadi masalah, karena anggaran tersebut akan diplotkan bila perintah untuk melanjutkan program pascarsarjana sudah ada.

Menurut Sukma, paling cepat program pascasarjana ini akan direalisasikan pada awal tahun ajaran baru 2021. Hal itu terjadi apabila program TRO bisa direalisasikan pada awal tahun ajaran baru 2020. Sukma mengaku saat ini persiapan terhadap program pascasarjana ini sudah 90%, hanya tinggal menunggu kebijakan dari Direktur saja. “Pihak dari Kemenristekdikti sekarang tengah menunggu kami mengajukan saja, apabila telah diajukan kami tinggal menunggu Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) mengeluarkan surat, sehingga kami bisa membuka pendaftaran terkait program pascasarjana ini,” tutup Sukma.

Oktario Tommy Saputra

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *