lpmindustria.com – Alat Pemadam Api Ringan (APAR) merupakan hal terpenting bagi sebuah instansi untuk mengatasi kebakaran, tak terkecuali Politeknik STMI Jakarta. Namun, permasalahan terkait APAR seakan tak ada habisnya. Mulai dari minimnya keberadaan APAR, hingga tidak berfungsinya alat tersebut.
Belum lama ini, telah terjadi kebakaran kecil di Ruang Diskusi Dosen dan Mahasiswa yang diduga karena adanya puntung rokok di dalam ruang panel listrik. Terlebih ruangan tersebut adalah gudang yang berisi kertas serta kardus yang mudah terbakar. “Analisis sementara adalah karena human error, ada kecerobohan dari orang yang merokok dan kemudian puntungnya itu jatuh ke dalam ruang panel listrik,” ungkap Dedy Trisanto selaku Pembantu Direktur (Pudir) II bagian Sarana dan Keuangan. Beruntungnya api tidak membesar dan menjalar, karena cepat ditangani.
Walaupun telah tertangani, terdapat permasalahan saat proses pemadaman api. Salah satunya adalah tidak adanya APAR di Ruang Diskusi Dosen dan Mahasiswa, sehingga harus mengambil dari Lantai 2 Gedung A. Intang selaku Kasubag Administrasi dan Umum membenarkan hal tersebut. Ia memaparkan bahwa APAR yang terdapat di Politeknik STMI Jakarta ada sebanyak 15 buah dan perlu ditambah. “Ada 15 buah yang tersebar di seluruh gedung A. Jumlah tersebut masih kurang, karena ruangan di Politeknik STMI Jakarta lebih dari 15 dan ruang diskusi tersebut memang belum dilengkapi APAR,” tuturnya.
APAR sendiri diharuskan berada pada tempat yang mudah dijangkau dan dilengkapi oleh tanda segitiga. “Peletakan APAR harus digantung, mudah dijangkau dan dilengkapi oleh tanda APAR berupa segitiga terbalik berwarna merah. APAR dan tanda tersebut tidak boleh dihalangi apapun,” ungkap Kingwan selaku dosen K3 Politeknik STMI Jakarta. Namun, terlihat tanda APAR seperti di Lantai 5 dan 6 Gedung A yang tidak ada APAR di bawahnya. Terkait hal ini, Dedy menuturkan bahwa, APAR tersebut ada yang hilang dan pecah karena terjatuh. “APAR itu bentuknya portable dan kecil sehingga rawan hilang. Ada juga yang pernah menjatuhkannya lalu pecah dan meledak,” ungkap Dedy.
Selain tak adanya APAR di Ruang Diskusi Dosen dan Mahasiswa, permasalahan yang terjadi saat pemadaman api tempo lalu adalah APAR yang diambil tidak berfungsi dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya kelalaian dari petugas pengisian APAR. “Mereka bilang ada satu yang ketinggalan belum diisi dan kebetulan dilantai yang diambil APAR nya. Dalam mengganti kerugian itu, mereka akhirnya membuat pelatihan penggunaan APAR pada akhir Agustus lalu,” terang Intang.
Terkait perawatan APAR, Kingwan menjelaskan bahwa, seharusnya ada checksheet disetiap APAR guna mengetahui kondisinya. “Mestinya ada checksheet disetiap APAR. Checksheet ini isinya meliputi tanggal, bulan, dan orang yang melakukan pengecekan,” ujarnya. Namun di Politeknik STMI Jakarta, APAR tidak dilengkapi dengan cheecksheet tetapi, rutin dilakukan pengecekan untuk melihat tanggal kadaluarsanya. “Tiga bulan sekali kita cek, agar kita tahu masa kadaluarsanya. Kalau dilihat ternyata sebulan atau dua bulan lagi habis, kita panggil petugas untuk mengisi APAR,” ungkap Intang.
Mengenai pengadaan APAR sendiri, Dedy menjelaskan bahwa, selama ini lebih memfokuskan pada pengembangan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan Akreditasi. “Kita selama ini lebih fokus keperalatan laboratorium dan pengembangan kampus. Akhirnya mulai dari APAR dan hydrant kita nomer duakan,” jelasnya.
Dadanya peristiwa kebakaran ini, kampus akan memaksimalkan pengadaan APAR. “Dengan kejadian tersebut menjadi evaluasi untuk kita. Makanya ada beberapa kegiatan atau belanja modal yang kita sisihkan untuk pembelian APAR tambahan,” tambah Dedy.
Mengingat pentingnya APAR bagi keselamatan, Intang telah mengajukan penambahan jumlah APAR sebanyak 10 buah. “Sudah mengajukan penambahan sebanyak 10 buah, tinggal menunggu barangnya datang,” ujarnya. APAR tersebut nantinya akan ditempatkan pada ruang Diskusi Dosen dan Mahasiswa, ruang security, dan di beberapa laboratorium yang belum dilengkapi oleh APAR.
Hanifati Sabila