Mengenal Konsep Diri dalam Pameran The Concept of Self

lpmindustria.com – Sebuah karya seni, seringkali berakhir dengan menjadi pajangan begitu saja. Namun, dalam Pameran The Concept of Self: Individuality and Integrity, karya seni menjadi sarana memahami dan mengekspresikan diri.

Belum lama ini, telah berlangsung Pameran Seni The Concept Of Self: Individuality and Intergrity yang digelar di Galeri Komunitas Salihara. Pameran yang berlangsung dari tanggal 19 Januari hingga 3 Februari lalu, menampilkan karya-karya seni dari delapan seniman Indonesia dan Thailand. Adapun seniman Indonesia yang turut menampilkan karyanya adalah Antonio S. Sinaga, Patriot Mukmin, Theo Frids Hutabarat, dan Rega Ayundya Putri.

Pameran Seni The Concept of Self adalah pameran lanjutan yang sebelumnya telah berlangsung di Thailand. Tujuan digelarnya pameran ini adalah untuk menjalin kerjasama antara Indonesia dan Thailand. “Dilaksanakannya pameran The Concept of Self yaitu, untuk menjalin hubungan antara Indonesia dan Thailand. Oleh karena itu, konsep pameran ini mengangkat isu-isu yang banyak dialami di Indonesia dan Thailand yang kemudian diimplementasikannya melalui karya-karya,” ujar Ferdiawan selaku Koordinator Acara Pameran The Concept of Self.

Salah satu isu dalam pameran ini adalah isu agama yang diangkat oleh Antonio S, Sinaga. Menurut Antonio, isu agama ini selalu menjadi perdebatan, sehingga membuat beberapa orang termasuk dirinya bosan menanggapinya. “Saya sudah bahas agama selama enam tahun di karya-karya saya.  Hal itu karena dari saya pribadi, terganggu dengan hubungan agama dan sosial. Menurut saya, adanya agama hanya untuk mengatur kehidupan secara personal saja, bukan sampai menjadi permasalahan sosial bahkan negara. Kebetulan saya pun lahir sebagai penganut agama minoritas, sehingga saya lebih peka terhadap masalah-masalah seperti  itu,” tutur Antonio.

Dalam pameran The Concept of Self ini, Antonio berpendapat bahwa sebuah karya seni selain untuk dinikmati, juga bisa sebagai media untuk mengekspresikan diri. Oleh karena itu, karya yang dipamerkan Antonio pada acara pameran ini bertujuan mengampanyekan kepada masyarakat untuk berhenti meributkan soal agama. “Biasanya beberapa karya seni hanya dipajang dan ditempel di tembok. Bisa dikatakan setelah dibeli, karya tersebut hanya dinikmati oleh satu orang. Lalu, saat itu akhirnya saya memutuskan untuk menjadikan karya saya sebagai sarana berkampanye. Dengan kampanye seperti ini, saya tidak perlu teriak-teriak, saya tidak perlu mendebat tetapi saya bisa menunjukkan maksud saya,” jelas Antonio.

Selain Antonio, ada pula Thidarat Chantachua, seorang seniman asal Thailand yang mengekspresikan dirinya dengan pertunjukan pembuatan teh Thailand. Makna dari pertunjukan tersebut sebagai bentuk keramahan Thidarat Chantachua kepada para pengunjung. “Thidarat Chantachua adalah orang Thialand keturunan Cina yang menganut agama islam. Bisa dikatakan, ia menjadi kaum minoritas di Thailand. Sehingga ia menggambarkan teh sebagai simbolik untuk orang yang baru datang, berkenalan atau orang yang dari jauh di Thailand. Dengan performance-nya disini, menunjukan kedekatannya kepada pengunjung yang ada disini,” ungkap Ferdiawan.

Krisdiastuti

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *