Sistem Parkir Ganjil Genap Politeknik STMI Jakarta

lpmindustria.com – Politeknik STMI Jakarta segera menerapkan Sistem Parkir Ganjil Genap dengan Kuota. Sistem ini diusung untuk mengatasi masalah parkir yang banyak dikeluhkan oleh masyatakat Politeknik STMI Jakarta.

Politeknik STMI Jakarta akan segera menerapkan sistem Parkir Ganjil Genap. Sistem ini sudah direncanakan sejak tahun 2018 lalu dan akan direalisasikan paling cepat pada bulan Maret dan paling lambat pada April 2019. “Sosialiasi telah kita lakukan sejak dipasangnya spanduk yang ada di Gedung A Lantai 1 dan akan berlangsung selama tiga bulan,” ujar Dedy Trisanto selaku Pembantu Direktur (Pudir) II bagian Sarana dan Keuangan. Mengenai sosialisasi sistem parkir ini, Dedy mengatakan cukup hanya dengan dipasangnya spanduk. “Tidak ada pertemuan secara langsung untuk sosialiasi bersama mahasiswa, karena Direktur menilai bahwa cukup dengan spanduk yang sudah dipasang di Gedung A lantai 1 saja,” tambah Dedy.

Selain sistem parkir ganjil genap, Politeknik STMI Jakarta juga akan membuat sistem kuota parkir. Kuota tersebut akan disesuaikan dengan luas tempat parkir yang ada. “Saya sudah memerintahkan bagian umum untuk menghitung luas parkiran yang ada, lalu dibagi 60 cm agar mendapatkan berapa banyak kuota parkir yang kita punya,” jelas Dedy.

Parkir motor mahasiswa nantinya akan dibagi pada beberapa titik yang dimulai dari parkiran di depan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), diantara gedung A dan B, dan di sebelah gedung A. Parkiran tersebut juga akan diberi garis pembatas antar motor sesuai dengan kuota parkir pada area parkir yang tersedia. Dedy juga menjelaskan bahwa akan ada beberapa area steril. “Area antara gedung A dan C akan menjadi area steril, karena sudah dikramik juga jadi tidak boleh dijadikan tempat parkir. Area dibawah dan didepan gedung A juga akan menjadi area steril. Lalu didepan pintu depan masjid akan dipasang besi H agar tidak ada yang parkir disitu dan orang yang ingin ke masjid tidak terhalangi lagi,” jelas Dedy. Hasil perhitungan kuota parkiran tersebut akan menjadi dasar pembuatan kartu parkir. “Sistem kuota akan membatasi jumlah motor yang bisa masuk. Contohnya walaupun pada tanggal ganjil, mahasiswa dengan plat motor ganjil akan dilarang masuk apabila kartu parkir sudah habis atau kuota parkir sudah penuh. Jadi, mahasiswa harus menunggu ada yang keluar terlebih dahulu dan baru bisa masuk untuk parkir,” lanjut Dedy.

Sistem parkir ganjil genap dengan kuota ini nantinya hanya berlaku untuk mahasiswa. “Menurut Direktur, sistem ini hanya bisa diberlakukan untuk mahasiswa. Apabila berlaku untuk dosen juga nanti akan mengganggu proses perkuliahan, karena bisa menyebabkan ketidakmauan untuk mengajar sehingga tidak ada perkuliahan,” jelas Dedy. Dedy menambahkan jika dilihat dari etika mahasiswa harus mendahulukan yang lebih tua dan harus taat kepada aturan yang telah dibuat oleh menajemen kampus. “Apabila ada mahasiswa yang masih bersikeras untuk menolak atau bahkan sampai bolos kuliah, akan kita berikan sanksi akademik seperti skorsing,” ujar Dedy.

Parkir ganjil genap dengan kuota sebenarnya bukanlah satu-satunya solusi alternatif untuk mengatasi masalah parkir di Politeknik STMI Jakarta. “Ada cara lain yaitu, dengan memindahkan beberapa prodi ke kampus baru yang sedang dibangun di daerah Permata Hijau,” ucap Dedy. Namun, dikarenakan kampus baru tersebut belum selesai pembangunannya, maka parkir ganjil genap dengan kuota saat ini adalah satu-satunya solusi yang bisa digunakan.

Meskipun sistem parkir ganjil genap dengan kuota akan segera diterapkan, Jamalludin salah satu satpam Politeknik STMI Jakarta mengaku belum mendapatkan instruksi langsung dari manajemen kampus. “Sampai saat ini kami masih belum mendapatkan instruksi, namun secara garis besar saya paham mengenai cara kerja sistemnya,” ujar Jamalludin. Jamalludin pun menambahkan, akan siap menjalankan sistem tersebut apabila telah diberikan instruksi dan juga akan memberikan sedikit toleransi kepada mahasiswa yang memiliki urusan mendesak. “Hanya saja kita mungkin akan sedikit toleransi kepada mahasiswa yang punya kepentingan yang mendesak tetapi tidak semua mahasiswa dan tidak selalu kita beri toleransi,” ungkap Jamalludin.

Oktario Tommy Saputra

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *