Serba Daring Selama Pandemi Membuat Kesehatan Mata Semakin Tergangu

lpmindustria.com – Intensitas menatap layar gawai yang semakin meningkat saat pandemi membuat World Health Organization (WHO) memprediksi setengah penduduk dunia akan mengalami miopia atau rabun jauh pada tahun 2050.

Dilansir dari Kompas.com bahwa berdasarkan studi terbaru dari Belanda dan China terdapat sebesar 120.000 anak di negara China menderita miopia selama pandemi. Hal serupa juga disampaikan di laman Liputan6.com oleh Gusti G. Suardana selaku Ketua Layanan JEC Myopia Control Care. “Selama 2020, anak usia 6-8 tahun ternyata tiga kali lipat lebih rawan terkena miopia dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya,” ungkapnya dalam media launch “The First Comprehensive Myopia Management in Indonesia”.

Menurut Reza Fahlevi selaku dokter Spesialis Anak, peningkatan tersebut salah satunya terjadi karena membaca dengan jarak terlalu dekat. “Penerapan belajar online, menatap layar komputer atau laptop dengan intensitas waktu yang lama  dapat meningkatkan risiko gangguan mata karena pancaran sinar cahaya pada laptop,” pungkasnya yang dilansir dari laman Klik Dokter.

Selanjutnya, Gusti turut menyampaikan pada laman Beritasatu.com bahwa kelompok dewasa juga bertumpu pada gawai selama pandemi. “Hal tersebut dilakukan untuk bekerja dan bersosialisasi, sehingga semua kalangan usia semakin berpotensi terserang miopia,” jelasnya. Terlihat pada laman Liputan6.com, penelitian yang dilakukan FKUI RSCM pun menunjukkan adanya peningkatan screen time (baca: waktu terpapar layar gadget) rata-rata 11.6 jam per hari.

Di laman Kompas.com, seorang ahli optometri bernama Nadeem Rob mengemukakan penggunanaan gawai berlebih akan menyebabkan ketegangan mata, kelelahan mata, dan penurunan produktivitas. Lebih lanjut, juga turut disampaikan dalam jurnal “Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Penurunan Kualitas Penglihatan Siswa Sekolah Dasar” bahwa mata kering dialami oleh 88% dari sampel yang menggunakan gawai secara berlebih.

Kurangnya intensitas terpapar cahaya alami menjadi pemicu miopia. “Saat ini banyak pembelajaran menggunakan gawai, sehingga sedikit kesempatan untuk terkena langsung paparan sinar matahari,” ungkap Annegret Dahlmann Noor selaku konsultan oftalmologi di Moorfields Eye Hospital London pada laman Medcom.id.

Bahaya miopia sendiri menurut Damara Andalia selaku Wakil Ketua JEC Myopia Control Care bahwa seiring berjalannya waktu, miopia akan memperburuk kesehatan mata. “Gangguan refraksi, termasuk miopia, menjadi salah satu faktor terbesar penyebab kebutaan di Indonesia,”  tuturnya.

Melihat pandemi yang tidak kunjung berakhir hingga berdampak pada penurunan kesehatan mata, Tri Winarti selaku dokter Spesialis Mata Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gajah Mada (UGM) menyampaikan tips-tips untuk menjaga kesehatan mata di tengah kegiatan daring. Menurutnya, dengan menerapkan metode 20-20-20 dapat mengurangi ketegangan pada mata. “Setiap dua puluh menit melihat layar, pandangan mata dialihkan melihat objek sejauh dua puluh kaki (enam meter) selama dua detik untuk relaksasi mata,” ungkapnya yang dilansir melalui situs web UGM.

Lebih lanjut, ia menyarankan untuk membuat pengingat, seperti catatan yang ditempel di komputer atau alarm agar tidak lupa melakukan metode tersebut. Tidak hanya itu, pengaturan tingkat kecerahan pada layar adalah cara lainnya yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mata. “Sebaiknya pencahayaannya tidak terlalu terang atau terlalu redup. Kecerahan layar diatur senyaman mungkin, misalnya pada tingkat 50 persen,” tutupnya.

Penulis: Hanny Kurnia Putri
Editor: Silvia Andini

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *