lpmindustria.com – Tiga tahun belakang ini, sampah plastik di laut Indonesia menunjukkan grafik penurunan. Oleh sebab itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjalankan program Nutec Plastic agar dapat membantu pencapaian target pengurangan limbah plastik di Indonesia.
Dilansir dari laman ppid.menlhk.go.id, Nuclear Technology for Controlling Plastic Polution (Nutec Plastic) merupakan inovasi pemanfaatan teknologi nuklir untuk menekan tingkat polusi limbah plastik. Program ini sendiri dikembangkan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) yaitu organisasi internasional yang berupaya mempromosikan penggunaan energi nuklir secara damai. Hal ini dilakukan IAEA guna mendukung negara-negaranya dalam mengintegrasikan teknologi nuklir dan turunannya untuk menjawab permasalahan limbah plastik.
Dalam laman yang sama disebutkan bahwa program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global atas bertambahnya jumlah dan dampak limbah plastik di lautan. Selain itu, kegiatan tersebut dapat memajukan metode produksi dan daur ulang plastik melalui penggunaan radiasi sebagai komplemen (baca: pelengkap) atas praktik produksi yang telah ada.
Melansir dari laman iaea.org, teknologi ini dapat melengkapi metode daur ulang yang ada untuk memisahkan sampah plastik yang diolah menurut jenis polimernya. Lalu, polimer plastik tersebut akan dipecah menjadi komponen yang lebih kecil untuk digunakan sebagai bahan baku produk plastik baru. Sehingga, plastik dapat digabungkan dengan bahan lain untuk membuat produk yang lebih tahan lama. Tak hanya itu, plastik pun dapat diubah menjadi bahan bakar dan bahan baku melalui iradiasi dan daur ulang bahan kimia (radiolisis).
Dikutip pada laman web milik KLHK sebelumnya, Menteri LHK Siti Nurbaya menjelaskan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sampah plastik laut di Indonesia telah berkurang. Awalnya sebanyak 615 ribu ton pada tahun 2018, lalu menjadi sekitar 521 ribu ton pada bulan Desember 2020. “Artinya, total sampah plastik laut di Indonesia berkurang sebesar 15,3% baik untuk kegiatan di darat maupun di laut. Dengan itu, kami akan terus meningkatkan upaya untuk mengurangi jumlah timbunan sampah sebesar 25,9% pada akhir tahun 2021 dan sebesar 38,5% pada akhir tahun 2022,” tuturnya.
Pada program ini, IAEA meminta Indonesia menjadi pilot country (baca: negara percobaan) bagi tiga fase demonstrasi proyek Nutec Plastic. Fase pertama yaitu penguatan penanganan limbah plastik di sektor hilir. Lalu, fase kedua adalah pembangunan demo plant (baca: pabrik demonstrasi). Terakhir, fase ketiga ialah upstreaming (baca: permulaan) pemanfaatan teknologi iradiasi atau penyinaran sebagai penanganan limbah plastik.
Lebih lanjut, Siti juga mengungkapkan dalam laman yang sama disampaikan bahwa pemerintah Indonesia telah menyusun lima strategi jangka panjang. Pertama, meningkatkan gerakan nasional untuk mengelola sampah secara komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang turut didukung dengan regulasi serta pelaksanaannya di tingkat nasional dan daerah. Kedua, melakukan pengelolaan sampah di darat maupun di laut dengan intensitas tinggi, peningkatan teknologi, serta inisiatif dan partisipasi masyarakat. Ketiga, meningkatkan pengelolaan sampah plastik termasuk pencemaran sampah plastik di laut yang disebabkan dari kegiatan perikanan, transportasi, pemukiman, dan tempat kegiatan wisata. Keempat, memperkuat pembangunan kapasitas kelembagaan, keuangan, pengawasan, dan penegak hukum. Terakhir, melakukan penelitian dan pengembangan guna mendorong inovasi dan meningkatkan teknologi.
Dengan adanya program Nutec Plastic ini, Siti berharap dapat meningkatkan inovasi teknologi dan membantu dalam mencapai target sebagai pengurangan limbah plastik untuk jangka panjang. “Kami melihat manfaat proyek ini dalam meningkatkan kapasitas untuk mengendalikan teknologi radiasi dan memperkuat kemampuan sumber daya manusia di tingkat nasional," jelas Menteri Siti.
Penulis: Ela Auliyana
Editor: Silvia Andini