lpmindustria.com,- Kembalinya BEM setelah vakum hampir 2 tahun belakangan, sepertinya menjadi awalan yang baik serta membuka harapan yang bagus untuk civitas Politeknik STMI Jakarta. Akan tetapi, perjuangan dalam mengembalikan BEM tidak semudah seperti membalikan telapak tangan.
Politeknik STMI Jakarta sebelumnya pernah mengalami adanya kekosongan BEM periode 2020/2021. Namun, akhir-akhir ini Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) sudah mulai bangkit dari permasalahan tersebut. Dalam kesempatan ini, LPM Industria mewawancarai Rudholf Junicho Ryantori selaku Presma Periode 2022/2023 terkait kembalinya dibentuk BEM setelah terjadi kekosongan.
Nicho menjelaskan proses bangkitnya BEM mulai dari pembentukan Pelaksanaan Tugas (PLT) sebagai lembaga tidak resmi yang menggantikan presma dalam mengontrol kegiatan Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) hingga terpilihnya ia sebagai Presma periode 2022/2023. Adapun KBM pun disini terbentuk sebagai pengganti dari tidak adanya BEM dan DPM yang mengatur hubungan manajemen kampus dengan mahasiswa.
“Waktu itu dibentuknya PLT karena sudah mulai banyak kegiatan-kegiatan di kampus yang tidak terorganisir, begitupun di dalam KBM juga membutuhkan sumber daya manusia, nah tahap kaderisasi-kaderisasi yang dilakukan beberapa dari organisasi di KBM ini pun bertabrakan, maka dari itu dibentuklah PLT untuk mengaturnya” jelas Nicho.
Akan tetapi PLT tidak cukup untuk mengatur aktivitas KBM, Nicho mengatakan bahwa mulai adanya penyelewengan dari pihak kampus seperti mengeluarkan barang-barang di sekretariat dan ingin direlokasi. Tentunya banyak yang bertanya mengenai hal ini mulai dari petinggi KBM, petinggi organisasi hingga ketua organisasi. Selain itu, Nicho menuturkan kembali bahwa pihak manajemen kampus kesulitan untuk memberikan kepercayaan karena tidak adanya penanggung jawab yang mengawasi mahasiswa seperti BEM dan DPM.
Nicho mengatakan bahwa proses pertama pembentukan BEM yaitu diadakan pemilihan. Sebelumnya KBM membuat rapat kecil untuk mencari solusi dan syarat supaya mendapatkan apa yang KBM harus dapatkan, setelah mendapatkan syaratnya yaitu legalitas dan lembaga tinggi, maka dibuat pemilihan. Dari yang hadir di sana terpilih Nicho Junicho sebagai ketua BEM karena sebelumnya menjabat sebagai ketua PLT lalu Rizky Akbar sebagai ketua DPM karena sebelumnya menjabat sebagai wakil ketua PLT.
Dalam proses kembalinya BEM ini tentunya memiliki banyak kendala, Nicho yang saat itu menjabat sebagai ketua BEM menjelaskan bahwa kendala terbentuknya BEM secara utuh terdapat pada sumber daya manusia, ia mengatakan bahwa untuk menyusun satu kabinet rasanya mati-matian sebab tidak semua mahasiswa tertarik masuk ke BEM terlebih mereka bertanya-tanya mengenai kejelasan BEM.
“Sekarang isi kabinet saya 19 orang terdiri dari 5 menteri dan staf-stafnya dari 19 orang ini pun yang paling pertama saya rekrut 5 menteri ini bener bener saya tanya. Karena kan banyak orang bertanya ngapain mau masuk badannya yang bener bener ga jelas dan disitu saya jelaskan”. Ungkap Nicho.
Menurut Nicho, banyak warga kampus Politeknik STMI Jakarta mengira bahwa BEM dibentuk karena adanya permasalahan, pada nyatanya dari mulai turunnya kuota dan pengunduran biaya UKT bisa dibilang merupakan kinerja BEM sebelumnya, sehingga ia ingin mematahkan stigma bahwa BEM yang sekarang dibentuk untuk melahirkan regenerasi di periode selanjutnya.
Selain itu, Nicho menerangkan solusi dalam menghadapi kendala yang ada. Hal yang pertama ia lakukan pada sumber daya manusia yaitu menjelaskan bahwa BEM bukan sekedar untuk mengatasi permasalahan saja akan tetapi juga mendengarkan aspirasi lalu memperjuangkan apa yang seharusnya organisasi kampus dapatkan. Dalam krisis kepercayaan, yang ia lakukan adalah memperjuangkan kesekretariatan untuk membuktikan bahwa memperjuangkan sesuatu tidak semudah membalikan telapak tangan. Menurutnya pembentukan kembali BEM ini diinginkan oleh dua pihak yaitu pihak mahasiswa dan pihak kampus akan tetapi pihak kampus tidak secara terang-terang mengatakannya, mereka mengatakannya dengan cara tersirat yaitu mengambil hak yang ada pada organisasi kampus salah satunya mengambil kesekretariatan dengan alasan tidak adanya badan penanggung jawab.
Ia juga memberikan penjelasan tentang cara mencegah agar tidak ada periode kekosongan kembali, yaitu dengan mengenalkan BEM sebaik mungkin, membangun kepercayaan civitas Politeknik STMI Jakarta. BEM sendiri sudah memiliki rencana untuk memperkenalkan BEM sebaik mungkin dan meningkatkan minat mahasiswa terhadap BEM, yang bernama Pengurus Muda. Dimana Program Pengurus Muda ini, para mahasiswa bisa masuk BEM dan belajar di sana namun belum diberi tanggung jawab lalu setelah pergantian periode, mereka bisa memilih ingin dilanjutkan menjadi anggota BEM atau tidak.
Ketua HMTI (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri) periode 2022/2023, Muhammad Daffa mengatakan bahwa ia turut senang atas kembalinya BEM Periode saat ini. Dengan kembalinya BEM maka diharapkan dapat menjadi bagi seluruh mahasiswa Politeknik STMI Jakarta untuk bisa menyampaikan aspirasinya dan tuntutan-tuntutan yang sudah menjadi tanggung jawab dari BEM yaitu seperti sekretariat dan dana DIPA, ia juga menambahkan bahwa belum ada jalan keluar dan solusi terkait birokrasi serta administrasinya.
“Sebenarnya untuk hal tersebut, saya sendiri sudah sempat survey berdasarkan dari teman-teman ormawa yang lain memang masih agak susah terkait perizinan dalam birokrasinya dan juga dalam administrasinya,” ucap daffa.
Daffa juga menambahkan terkait antisipasi agar BEM tidak terjadi kekosongan jabatan kembali dengan mulai mencari bibit-bibit untuk regenerasi untuk periode selanjutnya baik BEM maupun DPM. “Menurut saya dari pihak bem sendiri bisa belajar dari pengalaman masa lalu dimana evaluasinya jangan sampai nanti untuk mengulang kesalahaan yang sama terjadi pada periode sebelumnya sampai terjadi kekosongan di BEM,” Tambahnya.
Koordinator dari pihak FLMPI (Forum Lembaga Mahasiswa Perindustrian) juga memberikan tanggapan mengenai kembalinya BEM sebagai awalan yang bagus bagi BEM dengan konsep yang baru serta memberi harapan kepada BEM saat ini untuk bisa berkoordinasi dan bekerja sama,
“Saya Pribadi tidak menuntut dan berharap banyak, karena menurut saya lebih baik BEM focus untuk membangun internal BEM itu sendiri. Mulai dari sistematis BEM, kerjasama dengan KBM, dan bagaimana BEM dapat memimpin KBM. Apabila semua itu sudah tercapai, maka setelah itu dapat merencanakan bagaimana mencapai hak-hak mahasiswa,” tuturnya.
Penulis : Fifi Febriyanti
Editor : Az-zahra Nurwanda