lpmindustria - Jauh sebelum pandemi yang terjadi saat ini, di wilayah Eropa pernah dilanda sebuah wabah yang berakibat meninggalnya puluhan juta jiwa. Tak hanya itu saja, wabah yang terjaadi juga hampir membuat kehancuran pada wilayah tersebut.
Pada abad ke-14, jauh sebelum pandemi saat ini terjadi, pernah terjadi wabah bakteri di Eurasia. Wabah ini dinamakan The Black Death. Berdasarkan jurnal “The Making of a Pandemic: Bubonic Plague in the 14th Century†yang ditulis oleh seorang dokter ahli spesialis patologi bernama James T. Eastman, M. D., F. C. A. P. dijelaskan bahwa wabah ini merupakan wabah yang penyebarannya sangat cepat dan mematikan.Â
Dalam buku yang berjudul The Black Death 1346-1353: The Complete History, seorang sejarawan asal Norwegia, Ole Jorgen Benedictow, mengisahkan bahwa wabah ini muncul dari Laut Kaspia, selatan Rusia saat musim semi tahun 1346. Buku milik Ole Jorgen Bennedictow ini pun menjelaskan bahwa wabah ini menyebar melalui migrasi kutu yang biasa hinggap di tubuh tikus coklat rusia dengan cara menaiki kapal dagang milik Italia. Â
Namun menurut James, serangan wabah Black Death ini berawal pada Oktober 1347, bertepatan dengan masuknya kapal genoa ke pelabuhan di Messinia, Sisilia. Saat itu, kapal tersebut menurunkan beberapa anggota awal kapal yang terlihat sakit dan kapal tersebut meninggalkan pelabuhan tersebut dengan cepat. Beberapa hari kemudian, banyak orang yang meninggal secara tiba-tiba di kota tersebut. Lalu, wabah pun tiba di Eropa.Â
Melalui jurnalnya, James menjelaskan bahwa wabah Black Death ini biasa disebut juga dengan wabah Pes. Bakteri yang menyebabkan terjadinya wabah ini adalah Yersinia Pestis. Pengidap yang terjangkit penyakit ini biasanya ditandai dengan limfadenopati (baca: pembesaran kelenjar getah bening), septikemia (baca: keracunan darah oleh bakteri), dan efek pneumopathic. Jumlah korban yang meninggal dunia karena wabah ini mencapai 20-30 juta jiwa atau sepertiga populasi Eropa pada masa itu, yaitu antara tahun 1347-1351. Penyebaran ini terjadi di sepanjang rute dagang Eropa.Â
Seorang profesor sejarah di Universitas DePaul, Thomas R. Mockaitis, memberitahukan pada masa itu, masyarakat berpikir bahwa banyaknya korban jiwa akibat wabah ini disebabkan oleh adanya kedekatan atau kontak fisik antarmanusia. Oleh sebab itu, pemerintah pada saat itu memberlakukan tretino, yaitu isolasi untuk para pelaut yang ingin berlabuh selama tiga puluh hari. Lalu, pemerintah memperketat peraturan dengan menambah masa isolasi menjadi empat puluh hari. Kebijakan ini disebut quarantine atau lebih familiar disebut dengan karantina.
Â
Kevin Kahlil Akbar