lpmindustria.com – Berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia menggambarkan bahwa potret pendidikan Indonesia yang cukup jauh untuk dikatakan layak. Peran seluruh pihak diperlukan untuk mencapai pendidikan yang berkualitas.
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam pembangunan negeri, yaitu untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan yang baik, diharapkan tercipta manusia sebagai pelaku pembangunan yang berjiwa pembaharu dan dapat mengembangkan segala potensi diri dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, menurut laporan Programme for International Student Assessment (PISA) 2015, pendidikan di Indonesia masih berada di urutan buntut yaitu peringkat 62 dari 72 negara.
Dilihat dari data statistik pendidikan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, kondisi pendidikan di Indonesia saat ini sangat berlawanan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Tujuan pembangunan berkelanjutan yang dimaksud adalah tujuan ke empat, yaitu memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua masyarakat. Haiva Muzdaliva selaku Managing Director ‘Gerakan Indonesia Mengajar’ turut menanggapi bahwa, salah satu tantangan dalam pembangunan pendidikan adalah peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan. “Mungkin dapat dikatakan jika jumlah guru di Indoneisia cukup banyak. Namun, distribusi guru ke seluruh pelosok Indonesia yang masih tidak merata. Jadi, masih banyak di daerah yang masih kekurangan guru,” ujar Haiva pada acara Agent of Change in Education di Jakarta.
Selain pemerataan guru, sebagaimana dikutip Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) tahun 2005-2025, tantangan yang dihadapi pembangunan pendidikan adalah menyediakan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Pelayanan tersebut untuk meningkatkan jumlah proporsi penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Wendy Pratama, seorang pemuda sekaligus Kepala Sekolah ‘Lingkaran’ berpendapat bahwa, untuk menyelesaikan masalah pendidikan diperlukan sebuah kolaborasi dari berbagai pihak. “Kolaborasi dapat menjadi kunci dari banyaknya masalah yang harus diselesaikan pada pendidikan di Indonesia. Melalui kolaborasi, kita lingkaran, Indonesia mengajar dan pihak terkait lainnya bisa bekerja sama untuk memunculkan inisiatif perbaikan di dunia pendidikan,” jelas Wendy.
Potret pendidikan Indonesia masih cukup jauh untuk dikatakan layak. Oleh karena itu, selain melalui kolaborasi dari seluruh pihak, diperlukan juga perbaikan dari pemerintah langsung. Menurut Wendy, perbaikan yang bisa dilakukan pemerintah berupa personalisasi dan penanaman fundamental (baca: mendasar) yang kuat dalam sistem pendidikan di Indonesia. “Dimulai dari fundamental dan pendidikan itu sendiri sebagai kebutuhan manusia tanpa tekanan. Sehingga, menanamkan pada diri siswa bahwa belajar adalah sebuah keharusan, terus belajar dan belajar. Kemudian, ketika memasuki industri, pendidikan bisa dibuat secara lebih personal,” ungkap Wendy.
Adapun rencana yang bisa disusun untuk memperbaki kondisi pendidikan saat ini dengan menyiapkan calon pemimpin bangsa yang memiliki pengalaman, kemampuan leadership serta pengetahuan mengenai kondisi daerah-daerah terpencil di Indonesia. “Dimulai dengan menyiapkan calon pemimpin yang punya pengalaman, pekerjaan, dan skill leadership bagus, untuk ditempatkan satu tahun di titik-titik terpencil di Indonesia, mempelajari soal ke daerahan. Jadi ketika pemuda ini menjadi Top Manajemen di sektor manapun, mereka bisa melihat tantangan pendidikan tersebut dari berbagai rancangan sisi,” saran Haiva. Sementara itu, diharapkan pula adanya peran pemerintah untuk mengeluarkan peraturan yang menyesuaikan dengan kondisi dan budaya tiap-tiap daerah. Sehingga, kebijakan atau solusi itu bisa mewakili seluruh masyarakat Indonesia.
Krisdiastuti