Menyibak Khazanah Sunda Kuna

lpmindustria.com – Warisan budaya bangsa Indonesia sangatlah beragam, salah satunya budaya Sunda Kuna yang telah ada sejak dahulu namun kini telah berubah menjadi bahasa sunda yang modern.

Bahasa Sunda Kuna merupakan bahasa sunda kuno yang digunakan sekitar abad XVII yang kemudian berubah seiring perubahan zaman menjadi bahasa sunda masa sekarang. Keberadaan Sunda Kuna dapat dipastikan berdasarkan temuan wacana tertulis pada zamannya. “Ada beberapa kata yang masih bertahan sampai sekarang dan aturan-aturan morfologinya masih bisa dikenali, tapi sudah ada yang tidak dapat dikenali dan tidak tercatat di kamus-kamus Sunda Modern,” kata Aditia Gunawan, M.A, Pakar Filologi Sunda Perpustakaan Nasional RI.

Dari data-data dan catatan inventaris, jumlah naskah Sunda Kuna hampir 90% berada di Indonesia. Beberapa lembaga penyimpanan yang berada di Indonesia antara lain seperti di Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Perpustakaan Universitas Leiden, Kabuyutan Ciburuy, dan Museum Sri Baduga. “Jadi Sunda Kuna hampir 90% ada di Indonesia. Ada 63 naskah Sunda Kuna di Perpustakaan Nasional, 27 naskah ada di Kabuyutan Ciburuy. Kemudian, 90 dari 100-an ada di Jawa Barat dan Jakarta dan sisanya ada dibeberapa tempat,” ungkap Aditia.

Pada awal tahun 2000-an umumnya masyarakat Jawa Barat hanya mengenal satu jenis aksara yaitu Aksara Sunda. Namun, ada setidaknya empat jenis aksara yang menyandang nama Aksara Sunda yaitu, Aksara Sunda Kuno, Aksara Sunda Cacarakan, Aksara Sunda Pegon, dan Aksara Sunda Baku. Dari empat jenis aksara tersebut, Aksara Sunda Kuno dan Aksara Sunda Baku dapat disebut serupa tetapi, tidak sama. “Aksara yang digunakan untuk menulis bahasa Sunda itu saya juga bingung menamainya, tapi ada beberapa jenis yang kita bedakan misalnya aksara sejenis gebang dari daun lontar. Aksara pada gebang yang biasa disebut Aksara Sunda Kuno,” ucap Aditia.

Sastra Sunda Kuna dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber-sumber medianya. “Jadi, klasifikasi orang sunda dulu bukan karena drama, prosa, isi narasi. Tetapi, dasawredi ini yaitu sastra yang ditulis di emas, ditulis di batu, dan lainnya,” kata Aditia. Kemudian, ada pula jenis-jenis kesustraan Sunda Kuno, seperti Carita, Kawih, Kawih Epik, Siksa, Sasana, Warugan, Tutur, Kala Purbaka, Pabyantaraan. Jenis-jenis tersebut memiliki arti dan sejarah yang berbeda-beda. “Kawih adalah puisi yang memiliki fungsi menarik dan berbeda-beda. Perempuan dewasa Sunda dulu menenun sambil mengawih. Kemudian, Kala Purbaka adalah satu-satunya naskah yang ditulis dengan aksara merapi merbabu yang mengisahkan tentang Batara Kala yang mengejar-ngejar Ratu Maya. Sedangkan, Pabyantaraan menceritakan tentang ilmu siasat perang,” jelas Aditia.

Seiring berjalannya waktu Bahasa Sunda Kuna mulai pudar dan tergantikan dengan Sunda Modern. "Menurut saya, Bahasa Sunda Kuna saat ini mulai pudar dan tergantikan dengan Sunda Modern. Di sekolah, saya belajarnya Sunda Modern, belajar sejarahnya tidak terlalu banyak. Aksara yang diajarkan di sekolah juga aksara sunda modern. Jadi, kurang mengetahui tentang Sunda Kuna ini," ucap Dara Ayu Fahira seorang pelajar dari daerah Jawa Barat. Dara juga menambahkan bahwa, dengan adanya pelajaran bahasa sunda di sekolah, salah satu cara untuk melestarikan budaya kita.

Muthia Zahra

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *