lpmindustria.com – Asupan gizi menjadi sangat penting bagi tumbuh kembang anak.. Gizi yang baik, akan menjadikan tumbuh kembang anak optimal. Namun gizi yang buruk, akan menyebabkan anak terkena stunting. Untuk mencegah angka stunting yang tinggi, diperlukan upaya masyarakat serta upaya dari pemerintah.
Dilansir dari laman promkes.kemkes.go.id, stunting merupakan permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang cukup lama, umumnya masalah stunting ini disebabkan oleh asupan makanan yang tidak sesuai dengan gizi serta anemia.
Dalam data Kemenkes tahun 2020, sebanyak 151 juta anak di dunia dengan usia di bawah umur 5 tahun mengalami stunting. Populasi sebanyak 55% stunting dialami oleh anak di Asia serta 39% populasi stunting terdapat di Afrika.
Berdasarkan data stunting JME, UNICEF, World Bank tahun 2020, prevalensi stunting di Indonesia berada pada peringkat 115 dari 150 negara di dunia. Sebagai dampak dari pandemi COVID-19, apabila tidak adanya tindakan yang cukup dan tepat waktu, maka jumlah anak kekurangan gizi akut (wasting) diprediksi akan meningkat sebesar 15% (7 juta anak) di seluruh dunia pada setahun pertama pandemi ini.
Terdapat gejala khusus bagi anak yang mengalami stunting, yaitu badan anak lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda atau kecil untuk seusianya, berat badan anak rendah untuk standar seusianya serta tertundanya pertumbuhan tulang.
Para penderita stunting akan mengalami pertumbuhan terhambat dan perkembangan otak yang tidak maksimal. Dampak jangka panjang yang dapat terjadi berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan resiko serangan penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
Dikutip dari Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan edisi semester II tahun 2020, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk melakukan pencegahan stunting, yaitu pemenuhan kebutuhan gizi pada saat hamil, beri ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan MPASI sehat sebagai pendamping ASI, terus memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, dan selalu menjaga kebersihan laingkungan.
Dalam laman sehatnegeriku.kemkes.go.id, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, terdapat 3 upaya yang dilakukan Kementrian Kesehatan dalam mencegah stunting di Indonesia. Upaya pertama ialah pemberian TTD (tablet tambah darah) bagi remaja putri.
“Untuk remaja kita harus pastikan mereka tidak kekurangan gizi dan zat besi, jadi harus ada program untuk memastikan para remaja kita sebelum hamil tidak kekurangan zat besi. Salah satunya pemberian TTD di sekolah-sekolah,” ucap Menkes.
Upaya kedua, yaitu pemberian TTD, pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil. Pada upaya kedua ini difokuskan untuk para ibu hamil, dengan penyediaan USG di semua puskesmas kemudian akan dilakukan pengukuran zat besi dan gizi. Melalui alat tersebut, perkembangan dan pertumbuhan bayi bisa terpantau, sehingga jika ada kondisi yang tidak sesuai dapat segera terdeteksi.
“Gizi dan zat besi pada ibu hamil harus tercukup. Programnya adalah kasih makan yang cukup, untuk melaksanakan ini kita butuh bantuan Pemda. Kita juga memberikan USG ke seluruh puskesmas, kita wajibkan ibu-ibu dating minimal 6 kali selama 9 bulan, untuk melihat perkembangan janinnya cukup atau tidak. Kalau tidak kita bisa segera lakukan intervensi,” lanjut Menkes.
Upaya ketiga, dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan. Menkes mengatakan bahwa protein hewani ini tidak perlu yang mahal. Ada banyak sumber protein hewani yang harganya terjangkau dan bisa didapatkan di sekitar kita. “Menurunkan stunting dengan menambahkan protein hewani seperti telur,ikan, ayam, daging, dan susu merupakan hal yang paling penting,” ujar menkes.
Dengan dukungan dan kolaborasi lintas sektor dan program, Menkes optimis bahwa ketiga upaya dengan program-program yang diadakan dapat berhasil dan mampu mengurangi angka kejadian stunting di Indonesia.
Penulis : Shafiratul Fajri
Editor: Az-zahra Nurwanda