Industri Pulp dan Kertas, Potensi Ekonomi Sekaligus Ancaman bagi Lingkungan Indonesia

lpmindustria.com – Saat ini, industri pulp dan kertas dinilai memiliki daya saing dan kontribusi dalam perekonomian nasional yang tinggi. Namun, keberadaan industri tersebut tidak hanya menimbulkan dampak positif, tetapi juga dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya.

Ketersediaan bahan baku yang mecukupi menjadi potensi Indonesia dalam mengembangkan industri pulp dan kertas. Edi Sutopo selaku Plt Direktur Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian menuturkan bahwa Indonesia menjadi negara ketiga dengan hutan terbesar di dunia. Selain itu, Indonesia juga beriklim tropis di mana tumbuhan akan lebih cepat tumbuh dibandingkan di iklim sub tropis. “Perkembangan industri pulp sekitar 11,83 juta per tahun dan kertas sebesar 11,94 juta per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia menempati peringkat ke-8 untuk industri pulp dan kertas peringkat ke-6,” jelasnya.

Selain itu, perkembangan permintaan secara global pun cukup menjanjikan bagi penggerakan ekonomi. Meskipun dalam kondisi pandemi seperti ini, industri pulp dan kertas masih bisa menopang kondisi ekonomi dengan stabil. “Selain potensi dari kebutuhan kertas, industri pulp juga saat ini sudah berkembang  untuk produk hilir lainnya,” tutur Edi dalam webinar bertajuk “Mewujudkan Industri Pulp dan Kertas yang Berkelanjutan” pada Kamis (18/2). Ia pun menyampaikan, salah satu diantaranya yaitu produk dissolving pulp sebagai bahan kayu rayon untuk industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).

Disamping perkembangan tersebut, terlihat penyebaran industri pulp dan kertas masih belum cukup merata. Misalnya, industrinya berada di Sumatra sedangkan bahan bakunya hanya ada di daerah-daerah tertentu saja, salah satunya di Kalimantan. Timer Manurung selaku Ketua Auriga mengungkapkan bahwa hal tersebut justru akan membahayakan dan mengancam ekonomi negara. “Sudah dikuasai segelintir, sebarannya tidak sehat. Belum lagi biaya transportasinya menjadi besar sekali, sehingga tidak adil secara ekonomi. Jadi, industri ini harus bisa menopang (ekonomi) Indonesia,” jelasnya.

Selanjutnya, industri pulp dan kertas juga berdampak bagi lingkungan di sekitarnya, seperti terjadinya kebakaran dan kerusakan lahan serta hutan. Timer juga mengungkapkan bahwa belakangan ini muncul api di kawasan penghasil pulp dan kertas karena hampir separuh lahannya berupa gambut, sehingga menimbulkan asap dimana-mana.

Melihat permasalahan tersebut diperlukan penanganan yang tepat agar hutan dapat tetap terjaga. Syarifudin selaku Kepala Dinas Perhutanan Kalimantan Utara mengatakan bahwa terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk melestarikan hutan dan lahan. “Kita selalu mengadakan sosialisasi ke masyarakat untuk melakukan penanaman, pengadaan bibit juga kita adakan dari KLHK. Telah disetujui oleh Kementerian Keuangan ada dana bagi hasil, dulu hanya untuk reboisasi sekarang bisa menjadi dana sosial dan penanggulangan kebakaran,” jelasnya.

Terkait permasalahan industri pulp dan kertas yang tidak merata ini, Timer menyarankan agar pembuatan industri dan pabrik-pabrik baru diberhentikan terlebih dahulu. “Kita buat sesuai bahan baku yang ada terlebih dahulu dan memperhitungkan berapa yang dapat dihasilkan oleh industri saat ini,” ucapnya. Ia pun menganjurkan untuk mendesain ulang strategi industri yang sekarang dengan memperhatikan dampak jangka panjang bagi masyarakat Indonesia dan memperhitungkan kesehatan industri dengan hitungan yang rasional.

Penulis: Silvia Andini
Editor: Ela Auliyana

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *