lpmindustria.com – Dua tim Politeknik STMI Jakarta berhasil meraih juara dalam ajang perlombaan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM). Kedua tim berhasil menciptakan inovasi, yaitu produk Bio Air Purifier dan aplikasi Otofix.
Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) telah berlangsung pada 21 Januari 2020 di Politeknik STTT Bandung. Daffa Febrian selaku Ketua Pelaksanan Internal PKM 2020 menjelaskan bahwa PKM 2020 merupakan perlombaan membuat suatu inovasi berupa produk atau aplikasi dengan tema “Teknologi Tepat Guna”. Perlombaan ini diikuti oleh mahasiswa dari kampus di bawah naungan Kementrian Perindustrian (Kemenperin) dan tergabung dalam Forum Lembaga Mahasiswa Perindustrian Indonesia (FLMPI). “Ada dua tahap perlombaan, yaitu tahap internal dan tahap Musyawarah Nasional (Munas). Perlombaan di STTT Bandung merupakan tahap yang kedua. Acara ini diikuti oleh tiga belas tim dari sembilan kampus yang berada di bawah naungan Kemenperin,” jelasnya.
Politeknik STMI Jakarta mengirimkan dua karya ke ajang perlombaan ini, yaitu produk Bio Air Purifier dan aplikasi Otofix. Eza Dwi Cahya, Ketua Tim Bio Air Purifier menjelaskan bahwa Bio Air Purifier merupakan produk filter udara yang memanfaatkan limbah kelapa. “Produk ini memanfaatkan limbah tempurung dan serabut kelapa untuk menyerap gas industri berbahaya,” tuturnya. Selain limbah kelapa, produk ini juga menggunakan ekstrak tanaman lidah mertua (sansevieria). “Lidah mertua bermanfaat untuk menyaring udara,” jelas Chandra Dwiki Widyanto selaku anggota Tim Bio Air Purifier.
Permasalahan polusi udara yang semakin parah menjadi alasan pembuatan inovasi Bio Air Purifier. “Kita tahu Indonesia menempati peringkat keenam negara penghasil emisi terbesar. Bahkan, Jakarta tercatat sebagai kota penghasil polutan terbesar di dunia. Selain itu, masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja di industri juga bergantung pada lingkungan sekitarnya. Semua itu membuat kami memilih ide tersebut,” kata Eza. Selain itu, harga filter udara yang mahal juga menjadi alasan pembuatan produk ini. “Harga filter udara itu mahal. Oleh karena itu, kita buat yang harganya murah dan ramah lingkungan,” ucap Chandra.
Selanjutnya karya kedua yang juga ikut dalam ajang PKM 2020 adalah aplikasi Otofix. Aplikasi ini berfungsi untuk membantu para pengguna kendaraan roda dua yang mengalami kendala pada kendaraannya, dengan cara menampilkan bengkel terdekat. “Kita sering melihat kendaraan yang mogok di jalan. Nah, aplikasi ini akan membantu menampilkan bengkel terdekat yang telah terdaftar, estimasi waktu dan biaya yang akan dikeluarkan, serta pengguna juga akan diberikan nomor antrean,” jelas Alfath Sahru Ramdan selaku Ketua Tim Otofix. Alfath juga menjelaskan ada beberapa fitur yang disediakan dalam aplikasi ini. “Ada beberapa fitur yang tersedia, seperti fitur emergency untuk memanggil montir, fitur jual beli sparepart, serta fitur bantuan untuk menampilkan penjelasan mengenai cara atau prosedur service manual dalam bentuk artikel,” lanjutnya.
Ide ini tercetus dari pengalaman salah satu anggota tim yang pernah kesulitan mencari bengkel saat motornya mogok. “Waktu itu motor salah satu anggota tim kami mogok saat menuju ke kampus. lalu kami berdiskusi tentang hal itu dan munculah ide untuk membuat aplikasi tersebut. Sebenarnya, aplikasi pencarian bengkel sudah ada, namun aplikasi kami ini juga menampilkan estimasi biaya juga,” tutur Bagas Sadewo, salah satu anggota Tim Otofix. Disamping itu semua, hasil dari kuesioner juga menjadi acuan tim dalam membuat aplikasi Otofix ini.
Selain itu, saat proses pembuatan karya kedua tim ini tak luput dari kendala. Eza mengatakan proses peminjaman laboratoturium menjadi salah satu kendala tim Bio Air Purifier. “Prosedur yang harus dijalani saat prosesnya agak sulit, pembuatan proposal untuk peminjaman ruang laboratorium dan alat-alatnya,” ujar Eza. Selain itu, manajemen waktu dan biaya juga menjadi kendala. “Waktu pengerjaannya mepet. Biaya yang kita punya sebagai mahasiswa juga tidak banyak, sedangkan modal awal berasal dari uang pribadi kita. Lalu, kesulitan juga memanajemen waktu antara kuliah, organisasi, dan penelitian,” ucap Chandra.
Tidak jauh beda dengan Tim Bio Air Purifier, masalah yang dialami oleh Tim Otofix pun terkait dengan biaya dibutuhkan untuk mengembangkan aplikasinya, kesulitan mencari waktu untuk kumpul, dan kurangnya pemahaman mengenai android. “Kendala utamanya, kita harus mencari ilmu mengenai android dulu karena ilmu tersebut belum kita dapatkan di kampus. Kendala lainnya ada di waktu untuk kumpul tim,” ujar Bagas
Terlepas dari itu semua kedua karya tersebut berhasil meraih juara di PKM 2020, Tim Bio Air Purifier berhasil meraih Juara II dan Tim Otofix berhasil meraih Juara Harapan I. Fitria Ika Aryanti selaku dosen pembimbing Tim Bio Air Purifier merasa bersyukur dengan hasil yang didapat oleh Tim Bio Air Purifier. “Saya sebagai dosen pembimbing mereka sangat bersyukut atas hasil yang mereka raih di perlombaan itu. Produk ini masih baru jadi masih banyak lagi yang perlu di-explore dari situ,” tuturnya. Noveriza Yuliasari selaku dosen pembimbing Tim Otofix juga merasa bangga dengan hasil yang didapatkan oleh Tim Otofix. “Saya merasa bangga dengan kreativitas dari Tim Otofix. Aplikasi tersebut juga merupakan ide kreatif yang berkaitan dengan Tugas Akhir (TA) mereka,” ucapnya.
Hawari Rahmadito