Hilangnya Ruang Sekretariat Untuk Ormawa

lpmindustria.com – Ruang sekretariat tentu menjadi hal yang penting bagi para organisasi mahasiswa di Politeknik STMI Jakarta. Namun, ruang sekretariat tersebut sudah lama tidak didapatkan oleh Ormawa yang berdampak pada terganggunya produktivitas setiap ormawa.

Ruang sekretariat adalah tempat atau ruangan untuk setiap organisasi di kampus, tempat ini biasanya digunakan untuk diskusi, rapat, dan penyimpanan inventaris. Sejak Tahun 2021 lalu, Politeknik STMI meniadakan ruang sekretariat untuk ormawa. Ruang sekretariat yang seharusnya menjadi hak setiap ormawa ditiadakan dengan alasan untuk ruang laboratorium. Hal ini pun cukup mengganggu produktivitas setiap ormawa karena sebenarnya ruang sekretariat ini sangat bermanfaat untuk ormawa.

Berdasarkan wawancara kami dengan salah satu Ketua UKM, yaitu Himpunan Pecinta Alam (HPA) Tradiyakala, “Tidak adanya ruang sekretariat ini membuat kita menjadi sulit saat melakukan diskusi atau rapat. Walaupun kami memang diberikan akun zoom oleh pihak kampus, tetapi melakukan diskusi atau rapat melalui online dirasa kurang efektif dibandingkan secara langsung. Dengan tidak adanya ruang sekretariat ini membuat organisasi menjadi kurang produktif dan kesulitan dalam melakukan kegiatan organisasi,” Jelas Naufal selaku Ketua dari HPA Tradiyakala.

Hal serupa pun dirasakan oleh Dimas selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Administrasi Bisnis Otomotif (HIMABO) bahwa dengan tidak adanya ruang sekretariat ini membuat organisasi menjadi cukup sulit untuk melakukan rapat dan peletakan inventaris.

Berdasarkan wawancara kami dengan salah satu Ketua UKM, yaitu Himpunan Pecinta Alam (HPA) Tradiyakala, ruang sekretariat ini bermanfaat untuk tempat diskusi atau rapat bahkan menjadi daya tarik tersendiri juga. “Ruang sekretariat ini bermanfaat sebagai wadah untuk kita berkumpul, berdiskusi, rapat, dan menjadi tempat berkunjung bagi para senior untuk memantau kondisi organisasi tersebut. Selain itu, ruang sekretariat ini juga menjadi salah satu daya tarik dalam organisasi untuk mencari anggota baru,” jelas Naufal selaku Ketua HPA Tradiyakala.

Manfaat ruang sekretariat ini juga dirasakan oleh organisasi lain, yaitu Himpunan Mahasiswa Administrasi Bisnis Otomotif (HIMABO). “Ruang sekretariat ini bermanfaat ketika kita akan melaksanakan rapat atau diskusi karena rapat atau diskusi secara langsung lebih efektif dibanding secara online,” tutur Dimas selaku Ketua HIMABO.

Berbagai manfaat dirasakan dengan adanya ruang sekretariat ini sehingga tidak adanya ruang sekretariat ini membuat terkendalanya beberapa hal dalam sebuah organisasi. Dimas mengatakan dengan tidak adanya ruang sekretariat ini membuat pendekatan dengan para anggota pun terganggu karena jarang bertemu secara langsung. Kami juga mengalami kesulitan menyimpan barang-barang inventaris yang mengakibatkan terpencarnya barang tersebut dan berakibat rusaknya barang.

Naufal pun merasakan hal yang sama, yaitu tidak adanya ruang sekretariat ini membuat kesulitan dalam menyimpan barang.  HPA Tradiyakala sendiri memiliki barang-barang inventaris yang cukup banyak dan bukan hanya sekedar file-file saja akan tetapi banyak alat-alat untuk pendakian, panjat tebing, dan evakuasi bencana. “Banyak arsip-arsip yang rusak dan tidak bisa dipakai, serta alat-alat juga menjadi susah penyimpanannya. Apabila barang-barang tersebut disimpan disalah satu rumah anggota pun sulit jika akan memakai alat tersebut dalam satu waktu,” ucap Naufal.

Ketua dari HPA Tradiyakala ini pun berharap pihak kampus segera melakukan tindakan terkait ruang sekretariat ini karena ini menjadi hal yang penting untuk organisasi. “Saya berharap kampus dapat memberi tindakan, seperti memberikan kembali ruang sekretariat untuk ormawa. Setidaknya kami memiliki tempat untuk berwadah kembali di kampus walaupun ruangan tersebut kecil,” tuturnya.

“Jangan hanya sekedar nama saja Organisasi Mahasiswa STMI, tetapi kita tidak beraktivitas di STMI. Apabila kita selalu beraktivitas di luar kampus, untuk apa membawa nama Politeknik STMI lagi sedangkan kita adalah organisasi yang dinaungi oleh pihak kampus. Jadi untuk pihak kampus dimohon untuk segera memberikan kembali hak-hak ormawa,” jelas Naufal.

Hal serupa juga disebutkan oleh Dimas “Saya berharap selain Zoom, pihak kampus setidaknya memberikan alternatif lain seperti uang kompensasi untuk penyimpanan barang atau ruangan-ruangan tertentu yang bisa dipakai. Bahkan di luar kampus pun tidak masalah, selama bisa di subsidi oleh pihak kampus,” imbuhnya.

Dimas pun berharap kepada BEM dan DPM dapat segera mendapatkan legalitas keluarga besar ormawa yang diakui oleh pihak kampus agar perizinan ke pihak kampus pun menjadi lebih mudah. Sedangkan Naufal berharap kepada BEM dan DPM untuk dapat lebih sering mengajukan kepada pihak kampus dengan memberikan opini-opini yang lebih baik lagi agar dapat membuka mata kampus dan jangan sampai opini-opini tersebut terlalu mudah dipatahkan oleh pihak kampus.

LPM Industria pun sudah menghubungi pihak BEM dan DPM, namun untuk keduanya hingga saat ini masih belum memberikan keterangan apapun terkait hal tersebut.

Penulis: Ela Auliyana

Editor: Az-zahra Nurwanda

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *