lpmindustria.com – Relokasi faslitas Digital Capability Center (DCC) ke Politeknik STMI Jakarta yang merupakan arahan dari BPSDMI telah dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menunjang implementasi Industri 4.0. Pemilihan Politeknik STMI Jakarta menjadi tempat pemindahan ini juga memiliki beberapa alasan.
Beberapa bulan lalu, Politeknik STMI Jakarta dipilih oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) menjadi tempat relokasi DCC. Dengan adanya hal ini, Politeknik STMI Jakarta pada Senin (27/07/2020) mengeluarkan Surat Edaran Nomor B/2797/BPSDMI/STMI/VII/2020 perihal renovasi dan relokasi ruangan di Gedung B Lantai 2 untuk menjadi tempat implementasi DCC tersebut.
Ada beberapa alasan yang membuat Politeknik STMI Jakarta terpilih menjadi tempat untuk relokasi DCC ini. “Sebelum direlokasi ke Politeknik STMI Jakarta terdapat pilihan lain, yaitu Politeknik APP Jakarta. Namun setelah diadakan pengecekan dan survei dari BPSDMI dan McKinsey, pilihan pun jatuh kepada Politeknik STMI Jakarta,” tutur Safril selaku dosen di Politeknik STMI Jakarta yang telah menjalani training of trainer tentang DCC ini di Bandung.
Lebih lanjut lagi, Safril menjelaskan bahwa keunggulan Politeknik STMI Jakarta yang tidak dimiliki oleh Politeknik APP Jakarta diantaranya adanya mesin bubut dan mesin Computer Numerical Control (CNC). Selain kelebihan tersebut, ia menuturkan bahwa pihak McKinsey juga terlihat tertarik dengan ruangan dan gedung di Politeknik STMI Jakarta meskipun terdapat keluhan terkait lahan parkir. “Nantinya, parkir akan diterapkan dengan sistem penjadwalan, yaitu dengan mendata jadwal para peserta training yang akan melakukan pelatihan,” ujar Safril.
Dikutip dari kemenperin.go.id, proyek DCC ini merupakan proyek yang dikerjakan dengan salah satu perusahan konsultan multinasional, yaitu McKinsey. DCC yang dijadikan sebagai pusat pelatihan para pelaku industri ini didukung dengan peralatan yang berguna untuk mengembangkan pembelajaran dan pengetahuan dalam mengimplementasikan praktik industri 4.0. “Pelatihan ini didukung oleh media berupa peralatan dan mesin yang telah mendapat asesmen dari pihak McKensey. Adapun peralatan ini direlokasi dari Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) yang berlokasi di Bandung,” ucap Safril.
Safril mengungkapkan bahwa nantinya DCC di Politeknik STMI Jakarta ini akan memiliki beberapa ruangan. Ruangan pertama adalah plenary room yang berguna sebagai ruang penerimaan tamu. Selanjutnya, ada auto co war room sebagai ruangan yang memberikan gambaran perusahaan fiktif. Lalu, terdapat juga shop floor yang berfungsi untuk mendigitalisasikan mesin yang ada di Laboratorium Perancangan Industri Manufaktur (PIM), yaitu mesin CNC dan bubut manual. Kemudian, technology and organization section yaitu ruangan yang memproses visualisasinya dengan menggunakan smart TV. Terakhir, lemonade line yaitu tempat untuk melihat proses produksi awal hingga akhir yang telah disesuaikan oleh pihak McKinsey.
Selanjutnya, Safril mengucapkan bahwa dengan adanya penerapan DCC ini akan ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan industri nantinya. “Dari pemaparan McKinsey, ada beberapa manfaat yang bisa diraih oleh industri, diantaranya peningkatan GDP dan produktivitas serta adanya additional job created job dan job to be reskilled,” ungkap Safril. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa Politeknik STMI Jakarta akan menjadi sorotan karena pelatihan DCC ini akan dilakukan di Jakarta serta fasilitas DCC ini hanya ada satu yang sebelumnya ada di Bandung.
Safril juga menuturkan bahwa tim pembantu industri dari McKinsey menginginkan adanya operator yang ditempatkan di PIM untuk membantu. “DCC ini diutamakan untuk industri, sehingga sampai saat ini belum ditentukan untuk mahasiswa. Namun, saya sudah mengajukan supaya mahasiswa bisa ikut serta dalam pelaksanaan atau menjadi operator dalam DCC ini nantinya,” tutup Safril.
Khairil Ilzam