lpmindustria.com – Sebagian besar masyarakat Indonesia berpikir bahwa pemberian teks pada tayangan video berbahasa Indonesia tidak penting. Namun, berbeda bagi teman tuli. Mereka memiliki keterbatasan untuk memahami dialog dalam tayangan video, sekalipun tayangan tersebut berbahasa Indonesia.
Banyaknya teman tuli (sapaan bagi penyandang disabilitas tuli) yang mengeluh kesulitan saat menyaksikan siaran video di stasiun televisi atapun platform video lainnya, membuat beberapa orang tergerak menyediakan subtitle khusus untuk teman tuli. Salah satunya adalah komunitas Typist Bergerak Indonesia (TBI) yang didirikan oleh Bagja Prawira, dimana dirinya sendiri adalah salah satu teman tuli. “Dalam bentuk tayangan atau gambar bergerak banyak macamnya seperti film, sinetron, ftv, dan animasi. Ketika mereka menyaksikannya, mereka mengalami kesulitan memahaminya. Apalagi film Indonesia,” Ujar Bagja Prawira selaku Ketua komunitas TBI. Berawal dari pengalaman pribadinya lewat menonton film, ia merasa kesulitan untuk memahami jalan cerita film yang ia saksikan, sehingga membuat Bagja memikirkan nasib teman tuli lainnya saat menyaksikan film Indonesia. “Awalnya lebih ke pendirinya, Bagja. Mungkin karena keresahan dia sendiri sebagai teman tuli, saat menyaksikan video di televisi atau media sosial dia tidak mengerti jalan ceritanya karena tidak ada teks,” ujar Dwi Rinawati selaku Kepala Divisi Legal dan Volunteer.
Komunitas Typist Bergerak Indonesia mempunyai arti dari setiap kosa kata nama komunitas tersebut. Typist yang artinya juru ketik merupakan profesi atau pekerjaan bagi teman dengar (sapaan bagi tidak penyadang disabilitas tuli) untuk membantu teman tuli membuat subtitle atau teks. Sedangkan “Bergerak” ialah melakukan pekerjaan dengan didasari oleh keinginan hati dan tulus tanpa mengharapkan apapun. “TBI filosofinya ialah perkumpulan relawan juru ketik yang mempunyai hati untuk membantu teman tuli dan bergerak untuk membuat subtitle,” jelas Bagja.
TBI didirikan pada tanggal 5 November 2018 dan saat ini sudah mempunyai 15 orang pengurus serta 250 relawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka tidak hanya berasal dari teman dengar saja, tetapi juga dari teman tuli. “Walaupun kami masih seumur jagung, tapi dampaknya sangat besar, karena inilah yang ditunggu-tunggu teman tuli termasuk aku sendiri,” ujar Bagja.
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh TBI adalah advokasi, yaitu bekerja sama dengan tiga pihak, yakni pemerintah, produser dan sutradara, serta media. “Semua kegiatan operasional TBI disediakan kebutuhannya oleh pemerintah. Media juga sudah dibiasakan untuk ada teks disetiap penayangannya, walaupun tidak ada penonton teman tuli,” Ujar Bagja.
Selain itu, TBI juga menyampaikan aspirasi teman-teman tuli untuk memberikan teks pada film-film yang akan tayang di bioskop. Jika tim produksi dari film tersebut menolak dengan alasan tidak ada waktu atau kurang biaya, maka TBI yang akan memberikan teks pada film tersebut. “Jika tim produksi dari film tersebut menolak memberikan teks pada film, TBI akan melakukannya. Untuk pekerjaan itu Typist Bergerak tidak mengharuskan ada imbalan.” jelas Bagja. Sampai saat ini TBI sudah membuat subtitle untuk tiga film. “Film tersebut adalah Sesuai Aplikasi, kemudian film dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berjudul Bintang Ketjil, dan yang terakhir adalah film Keluarga Cemara,” ujar Dwi Rinawati.
Bagja berharap setiap tayangan video yang ada di Indonesia harus dilengkapi dengan teks agar teman tuli bisa menikmati dan memahami apa yang disampaikan pada tayangan tersebut. Komunitas ini bisa menjadi pelopor dan dapat mengadvokasi para pembuat film untuk lebih membudayakan subtitle berbahasa Indonesia. “Kita menggerakkan masyarakat perfilman Indonesia, untuk membuat teks bahasa Indonesia disetiap film maupun video yang tayang,” jelas Dwi Rinawati. Para pengurus berkolaborasi dengan relawan untuk menjadikan perfilman nasional di Indonesia sadar akan pentingnya teks meskipun dialognya menggunakan bahasa Indonesia.
Nur Salam