Hiruk pikuk suasana pada sore ini, semua orang sibuk membahas kegiatannya masing-masing. Terlintas suatu tawaran pada benak ku.
“Bagaimana jika kau berada dalam kesunyian?”
“Untuk apa?” Pungkas ku.
“Agar kau bisa lebih menghargai, serta menerima segala sesuatu yang telah terjadi, atau supaya bisa lebih bersyukur dan bahagia walaupun hanya sedikit,”
Ketika tidak ada yang dapat ku lakukan, aku hanya bisa diam. Kehidupan berputar begitu cepat, cerita yang kejam, tidak adil, sedih, semua seoalah menyatu. Pikiran ku begitu kusut, bermacam cara telah ku pikirkan untuk menembus semuanya. Tapi, entah kenapa pikiran ku selalu buntu, seolah sudah tidak ada jalan dan tidak menemukan jawabannya. Apa mungkin ada yang terlewat?, mungkin saja aku tidak sengaja melewati jawabannya tanpa ku sadari.
“Tidak ada gunanya larut dalam semua ini,” ungkap Firman teman sejawat ku.
“Boleh kah aku menyesal?, boleh kah aku mengulang waktu walau hanya sebentar saja?,” tanya ku.
“Kenapa?,” Balas nya
“Karena masa lalu lah yang menjebak ku dalam kondisi sekarang,” jelas ku.
Boleh kah aku menyesal akan semuanya. Salah kah aku jika meminta maaf kepada semuanya atas perbuatan yang sengaja ku lakukan untuk menyakiti semuanya? Kini aku merasa terjerat dalam kesendirian. Memang, tidak banyak yang bisa ku lakukan sekalipun aku tetap berada disana, sepertinya keadaan akan sama saja.
Kini cuaca sedang bersahabat setiap sorenya, awan gelap menghiasi langit kemudian turun dengan derasnya air hujan. Aku merasa menyatu dengan semesta, mata ku tidak bosan melihat derasnya hujan. Aku merasa nyaman, aku bisa berpikir tenang pada saat itu.
Dipikirkan pun tidak berguna bila berlebihan
Yang mereka tahu, dirimu dapat menyelesaikan
Orang sekitar banyak berpengaruh di kehidupan
Magnet yang diberikan terlalu kuat untuk dilawan
Diriku mengemas diri untuk kembali, “tidak peduli hasilnya seperti apa, yang terpenting adalah prosesnya,” celoteh Firman sebelum ia meninggalkan ku yang sedang memandang hujan sore.
Fandi Prasetio