lpmindustria.com – Beauty standards digunakan masyarakat untuk menilai paras seseorang. Kendati demikian, beauty standards ini beragam di setiap kalangan. Namun, hal ini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi setiap individu.
Beauty standards (baca: standar kecantikan) adalah cara pandang masyarakat dalam melihat seseorang berdasarkan standar mereka tanpa adanya aturan yang tertulis. Dikutip dari jurnal yang berjudul “Pelatihan Konsep Diri Remaja Putri untuk Membangun Pemahaman tentang Standar Kecantikan” standar kecantikan merupakan dampak budaya patriarki yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pengaktualan standar kecantikan dibagi menjadi dua unsur yaitu fisik dan batiniah. Saat ini standar kecantikan menurut persepsi masyarakat hanya terfokus pada penampilan fisik, seperti warna kulit dan bentuk tubuh.
Dalam channel Youtube Daftar Populer, standar kecantikan di berbagai kalangan masyarakat berbeda-beda. Sebagian besar, standar kecantikan dipengaruhi oleh sudut pandang budaya, lingkungan dan banyak faktor lain, sesuai dengan pemikiran masyarakat. Seperti halnya standar kecantikan di Korea Selatan yang dikutip dari channel Youtube Deasi Listiani yaitu memiliki bentuk wajah V-Line atau segitiga serta berkilau dan bersinar, mata bulat dan ada lipatan kelopak mata, Body S-Line dimana perut dan pinggang ramping, hidung kecil dan tinggi, kening menonjol atau jenong, kaki panjang dan kurus, kulit putih pucat, serta ada kantung mata. Kemudian dilansir dari channel Youtube Daftar Populer, lain halnya dengan di Jepang perempuan akan dipandang cantik jika memiliki gigi gingsul. Berbeda lagi dengan Papua Nugini, Ethiopia, dan Afrika Barat ketiga negara ini memiliki standar kecantikan yang sama yaitu bekas luka sayatan di tubuhnya.
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Pelatihan Konsep Diri Remaja Putri untuk Membangun Pemahaman tentang Standar Kecantikan”, dari standar kecantikan di beberapa Negara dengan arus globalisasi yang semakin kuat yaitu melalui media sosial, masyarakat Indonesia mulai mengubah standarnya. Terlihat dari tingkah laku masyarakat di Indonesia, mereka mengukur kecantikan berdasarkan artis dan model yang ada di media sosial. Media sosial kemudian juga menjadi tempat untuk eksistensi dan aktualisasi diri bagi tiap individu. Hal ini terjadi karena penampilan seseorang akan mendapat penilaian berupa pujian, sindiran, bahkan hujatan. Opini publik menjadi sedemikian penting, tujuan mempercantik diri bukan lagi untuk kepuasan diri sendiri, tapi untuk pengaktualan diri di masyarakat. Oleh karena itu, tanpa sadar seseorang akan melakukan segala cara untuk memenuhi standar yang dibentuk lingkungan dan netizen atau warganet.
Pada jurnal yang sama disebutkan bahwa konsep diri seseorang dapat dilihat dari penampilan dirinya yang terbentuk atas interaksi dan pengalaman seperti yang dikatakan Song dan Hattie. Konsep diri yang negatif dapat mengantarkan pada rasa tidak percaya diri dan akan menilai rendah pada dirinya sendiri. Apabila seseorang tidak memiliki konsep diri yang baik dan lebih terpengaruh banyak hal eksternal yang negatif, maka akan berisiko buruk bagi diri individu itu sendiri terlebih berkaitan dengan perasaan insecurity atau ketidakpercayaan diri.
Fenomena ini sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat terutama remaja perempuan, di mana pada masa remaja seorang individu berada di ambang perbatasan antara masa anak-anak dan dewasa, sehingga terdapat beberapa tahap yang dilewati seorang remaja seperti masa peralihan atau transisi, masa unrealism, hingga masa pendewasaan diri. Permasalahan dalam melihat citra tubuh yang negatif membuat remaja perempuan mengalami gangguan yang sering terjadi adalah ketidakpuasan diri, gangguan kepercayaan diri hingga berujung pada depresi.
Persepsi akan standar kecantikan membuat remaja tak dapat lagi berdiri pada kakinya sendiri dan tanpa disadari orang-orang hidup pada standarisasi yang diciptakan oleh masyarakat. Maka dari itu setiap orang harus memiliki pemikiran bahwa cantik itu relatif, setiap perempuan adalah cantik dengan kekurangan dan kelebihan, dan yang paling penting kita harus bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan.
Penulis: Rahma Dhini Nur Arifa
Editor: Ela Auliyana