lpmindustria – Pada bulan Juni lalu, dikabarkan bahwa saham pada platform media sosial Facebook telah turun. Hal ini diakibatkan oleh para perusahaan besar dunia yang menarik iklannya dari Facebook.
Baru-baru ini ramai aksi pemboikotan iklan di Facebook yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar dunia. Dikutip dari artikel yang dimuat bbc.com, pemboikotan tersebut berangkat dari tagar #StopHateForProfit. Pada dasarnya, aksi ini merupakan bentuk penolakan terhadap para pelaku bisnis yang mengambil keuntungan dari konten berisi ujaran kebencian. Dilansir dari laman CNN Indonesia, gerakan ini menyatakan bahwa Facebook dinilai tidak mampu mengatasi ujaran kebencian maupun berita palsu pada platform miliknya.
Adapun beberapa perusahaan besar yang telah menarik iklannya dari Facebook adalah Adidas dan Unilever. Lebih lanjut lagi, dikutip dari Semarangku.com, setidaknya terdapat empat ratus merek yang sudah menarik iklannya dari Facebook. Selain itu, situs baru Axios yang termuat pada bbc.com juga melaporkan bahwa Microsoft menunda iklannya di Facebook dan juga Instagram sekitar Mei lalu karena khawatir pada muatan yang tak pantas tanpa menyebutkan dengan rinci mengenai hal yang dimaksud.
Dengan demikian, kasus ini dinilai akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan didapatkan oleh Facebook sendiri. Pasalnya, sebagian besar pandapatan Facebook berasal dari iklan. Pada artikel bbc.com, David Cumming dari Aviva Investors mengatakan bahwa hilangnya kepercayaan dan anggapan ketiadaan panduan moral bisa “menghancurkan bisnis".
Hal tersebut terbukti dari adanya penurunan penghasilan Facebook. Dikutip dari tulisan Kompas.com dikatakan bahwa pada tahun 2019, bisnis iklan di Facebook menghasilkan 67,7 miliar dollar AS atau lebih dari 98 persen penghasilan total di tahun tersebut. Namun pada bulan Juni lalu, saham Facebook dikabarkan menurun sebesar 8,3 persen akibat dari perusahaan-perusahaan besar yang telah menarik iklannya dari Facebook.
Kasus yang telah terjadi ini, Mark Zuckerberg memperkirakan aksi pemboikotan tidak akan berlangsung lama. Ia pun menegaskan bahwa tidak akan mengubah apapun hanya karena ancaman yang berdampak kecil pada pendapatan. Juru bicara Facebook juga mengatakan, Facebook menangani masalah ini dengan serius dan menghargai setiap umpan balik namun tetap akan membuat perubahan kebijakan berdasarkan prinsip bukan tekanan pendapatan, sebagaimana dilansir dari CNN Indonesia yang mengutip The Guardian CEO Facebook.
Dilansir dari bbc.com, Kepala Urusan Global Facebook sebelumnya telah mengeluarkan surat terbuka kepada para pengiklan bahwa mereka telah berusaha meredakan kekhawatiran yang dianggap tidak maksimal dalam meredam konten yang bermuatan uajaran kebencian.
Lailla Nur Viliansah