lpmindustria.com – Pandemi Covid-19 membuat sektor ekonomi dan dunia usaha di Indonesia begitu terpukul. Banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kelimpungan dan mengharuskan mereka untuk sesegera mungkin melakukan adaptasi agar bisnisnya tak semakin terpuruk.
UMKM merupakan salah satu dari banyak pihak yang terdampak negatif dari adanya pandemi Covid-19. Tak terkecuali Matoa, brand lokal yang memproduksi jam tangan kayu ini turut mengalami kendala dan adaptasi sejak awal diberlakukannya PSBB di Indonesia. Belum lagi, brand ini memiliki kegiatan dengan mayoritas padat karya atau menggunakan tenaga manusia dalam jumlah besar yang mengakibatkan sulitnya beraktivitas seperti biasa. “Akhirnya, Matoa membuka pabrik sementara di lokasi lain supaya masih bisa tetap beroperasi,” ujar Lucky Dana Aria, Founder serta CEO Matoa.
Kebutuhan tujuh puluh persen bahan baku yang diperoleh melalui impor juga menjadi kendala lain dari Matoa. Hal ini dikarenakan sulitnya menemukan database tentang pelaku atau produsen bahan baku lokal. “Saya rasa di Indonesia sendiri banyak tersedia produsen tersebut tapi kita tidak tahu ada dimana karena memang sulit untuk mendapatkan database,” ungkap Lucky. Selain itu, harga jual Matoa yang cukup tinggi membuat daya belinya cukup terganggu. Pasalnya, pasar yang disasar oleh Matoa adalah kelas menengah.
Lucky menyadari bahwa produk Matoa bukan barang kebutuhan melainkan barang keinginan. Untuk itu, mereka mulai melakukan beberapa adaptasi, salah satunya membuat konten yang mengajak masyarakat untuk tetap tampil stylist walau dalam keadaan seperti saat ini. Selain itu, Lucky juga mengingatkan UMKM untuk tidak terlalu sering memberikan diskon karena akan berdampak pada jangka panjang bisnis itu sendiri. Matoa pun lebih memilih untuk menciptakan produk baru yang bersifat modifikasi karena tidak membutuhkan waktu yang lama. “Produk yang sifatnya modifikasi bisa menjadi jembatan agar kita tidak secara langsung membuat program diskon,” ujarnya.
Melihat dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19, Small and Medium Enterprises and Cooperatives (SMESCO) Indonesia pun tergerak untuk membantu UMKM dengan lebih gencar. Sejak awal pandemi, brand yang memiliki tujuan untuk mempromosikan produk-produk unggulan Indonesia kepada dunia internasional ini telah menyelenggarakan lebih dari enam puluh webinar dengan berbagai macam topik yang diikuti oleh ribuan UMKM yang terdampak. SMESCO Indonesia juga memiliki program yang dinamakan Kakak Asuh UMKM (KAU), yakni kegiatan pelatihan online bagi UMKM terdampak untuk dilatih menjadi new digital marketers. “Setelah dilatih, UMKM tersebut diharapkan tidak hanya berjualan sendiri tetapi juga harus mengadopsi tiga adik asuh UMKM yang tidak melek digital agar menjadi melek digital juga,” ujar Leonardo Theosabrata selaku Direktur Utama SMESCO Indonesia.
Segala jenis UMKM pun saat ini dituntut untuk melek digital, pada titik inilah dibutuhkan peran operator untuk menunjang kegiatan UMKM, khususnya dalam hal komunikasi. Telkomsel yang merupakan salah satu perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia turut berperan dalam akses ke pasar. Dengan lebih dari 160 juta pelanggan yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia, Dharma Simorangkir selaku Senior Vice President Enterprise Account Management PT Telkomsel optimis dapat menyebarkan informasi perihal UMKM kepada seluruh pelanggannya. “Kita juga mau supaya pelanggan Telkomsel ini bisa jadi calon pelanggan UMKM. Tidak hanya akses ke pasar, kita juga bisa tahu lokasi-lokasi terdekat antara pelanggan dan penjual,” harap Dharma.
Hanifati Sabila