Peran UMKM dalam Mendongkrak Perekonomian Indonesia

lpmindusria.com – Pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi para pelaku usaha, salah satunya UMKM dalam menjalankan usahanya. Oleh sebab itu dibutuhkan kreativitas dan inovasi agar para pelaku UMKM tersebut bisa bertahan.

Pandemi Covid-19 yang dihadapi oleh semua negara di dunia membuat Indonesia rawan mengalami krisis ekonomi. Dikutip dari halaman Katadata.co.id, Badan Moneter Internasional (IMF) memprediksi bahwa Indonesia akan mengalami perlambatan ekonomi pada angka minus 0,3 persen saat memasuki kuarter II-III.

Dengan demikian, hal ini juga akan berdampak kepada usaha yang dijalankan oleh para pengusaha, salah satunya adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Berdasarkan data dari Katadata.co.id pada tahun 2018, di Indonesia terdapat 64,2 juta UMKM. Lalu dikutip dari Kompas.com, sebanyak 30 juta UMKM tutup akibat pandemi ini dan Voi.id menyatakan bahwa saat ini, hanya 13 persen UMKM yang telah terhubung dengan platform digital.

Dampak pandemi ini pun turut dirasakan para pengusaha terhadap penjualan mereka. Dilansir dari Kompas.com, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Diantaranya adalah 60 persen mengatakan bahwa kenaikan harga bahan baku menjadi penyebabnya. Selain itu, sebanyak 18 persen pelaku UMKM mengaku bahan baku tidak tersedia dan 12 persen menyatakan bahwa mereka membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan bahan baku.

Hal serupa disampaikan oleh Anindya Sukarni selaku Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Miumosa. “Supply chain yang masih tutup atau bahkan tidak beroperasi kembali akibat pandemi membuat bahan baku sulit ditemukan. Kalau pun ada, harganya akan naik,” ujarnya pada saat webinar bertema “Lokal untuk Nasional: Dongkrak Ekonomi Negara di Tengah Kenormalan Baru Lewat Perdagangan Digital”.

Adapun kesulitan penjualan yang dialami oleh UMKM adalah sebanyak 73 persen mengaku pelanggan berkurang, 46 persen mengaku kesulitan mendapatkan modal usaha, dan 40 persen mengeluh tidak bisa menerima pelanggan di tempat. “Dalam masa pandemi seperti ini banyak yang membatalkan pre-order serta tidak bisa membayar produk kami, sedangkan operasional harus  tetap berjalan walaupun dengan modal seminimal mungkin,” lanjut Anindya.

Destry Annasari selaku Asisten Deputi bidang Pemasaran Kementerian Koperasi Usaha Kecil Menengah juga mengungkapkan dampak pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). “Sudah lebih dari lima puluh persen UKM Indonesia terkendala sulitnya berinteraksi tatap muka dengan konsumen saat diberlakukannya PSBB dan baru 13 persen UKM saja yang sudah menggunakan digital,” tuturnya.

Dengan berbagai dampak yang dirasakan oleh UMKM tersebut, Destry menyampaikan bahwa pemerintah akan memprioritaskan, mendukung, hingga memberikan bantuan berupa modal awal usaha untuk UMKM pada 17 Agustus lalu. Kemudian, ia memberikan tips bagi para UKM agar tetap bisa bertahan di kondisi sekarang. “Sebenarnya para UKM ini bisa terus berkembang dengan memiliki kreativitas dan inovasi. Jika ada yang mengeluhkan soal modal, pemerintah sudah memberikannya,” tutur Destry. Hal serupa juga disampaikan oleh Dani Purnama selaku Founder dan CEO Surfinclo bahwa diperlukannya inovasi dan kreativitas produk dengan cara membuat suatu desain produk yang menarik. Anindya menegaskan bahwa Indonesia sudah memasuki era revolusi 4.0 sehingga seharusnya para UKM sudah menggunakan teknologi karena di revolusi ini kita para pengusaha juga dituntut untuk go-digital. Destry juga menambahkan, karena sudah go-digital maka semakin luas jangkauannya dan perlu di perhatikan target pelanggan yang semakin banyak kita jangkau.

Mutiah Kusuma Sari

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *