lpmindustria.com – Pembukaan jalur prestasi influencer pada Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) 2020 merupakan hal baru yang dilakukan Politeknik STMI Jakarta. Kampus beranggapan bahwa hal tersebut dapat meningkatkan kualitas Politeknik STMI Jakarta
Pada tahun 2020, Politeknik STMI Jakarta membuka jalur seleksi PMB, yaitu jalur prestasi baik akademik maupun nonakademik. Sony Taufan selaku Ketua PMB 2020 mengatakan, penyelenggaraan jalur prestasi ini berdasarkan Peraturan Akademik Tahun 2016 Bab VI Pasal 18 Ayat 3 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru. Pasal tersebut berbunyi, “Politeknik STMI Jakarta dapat menerima mahasisawa khusus, termasuk di dalamnya mahasiswa transfer/pindahan, mahasiswa berprestasi yang proses penerimaanya tidak mengikuti peraturan Penerimaan Mahasisawa Baru, sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini.”
Selain itu, pengadaan jalur prestasi ini merupakan cara Tim Panitia PMB untuk meningkatkan kualitas Politeknik STMI Jakarta dengan cara meningkatkan kuantitas mahasiswa. “Panitia mengira-ngira strategi apa yang bisa meningkatkan kualitas tapi juga kuantitasnya, jalannya dengan kita buka jalur prestasi,” ujar Febyan D. Pramanta selaku Wakil Ketua PMB 2020.
Dalam jalur prestasi ini, ada beberapa jenis prestasi yang diakui oleh Politeknik STMI Jakarta, salah satunya adalah aktif sebagai influencer di media sosial. Jalur influencer ini dibuat dengan alasan untuk memperkenalkan Politeknik STMI Jakarta ke masyarakat. “Sekarang kalau kita lihat, kekurangan dari STMI itu apa? Dikenal masyarakat,” jelas Sony.
Untuk mengikuti jalur ini, calon peserta harus memenuhi persyaratan berikut :
Sumber : Instagram.com/stmijakarta
Berdasarkan poin pertama persyaratan di atas, Febyan menuturkan, platform Instagram dipilih karena memiliki basis gambar dan video. Selain itu, Instagram juga merupakan platform yang sedang naik daun. Dengan demikian, hal ini akan memudahkan pelaksanaan promosi. Febyan juga menambahkan, jika calon peserta aktif di beberapa platform lain akan menjadi nilai tambah, seperti yang tertera dalam poin dua.
Selanjutnya, mengenai angka minimal followers seratus ribu tersebut didapat berdasarkan hasil keputusan bersama Panitia PMB 2020. Menurut mereka, angka tersebut cukup untuk dijadikan penentuan bahwa calon peserta jalur ini merupakan seorang influencer atau bukan. “Ya, itu perkiraan kita saja bahwa seratus ribu sudah cukup menentukan dia (calon peserta) adalah seorang influencer,” ucap Sony.
Selain itu, konten kreatif yang dimaksud pada persyaratan ketiga ialah konten apapun yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan dan norma kesopanan. Dengan kata lain, tidak harus konten yang berunsur otomotif. Hal tersebut dikarenakan oleh jumlah influencer di bidang otomotif sedikit. “Jika ada, biasanya sudah tua. Ini tidak bisa, sebab PMB sekarang dibatasi (maksimal tiga tahun setelah calon peserta lulus), sehingga kita tidak mematokan harus otomotif,” lanjut Sony.
Sementara itu, perihal bukti track record yang harus dikirim sebagaimana yang tertera di poin empat, Sony mengatakan akun calon peserta akan diperiksa untuk dipastikan kebenaran dan keaktifannya. Mengenai cara pemeriksaannya, Sony menjelaskan bahwa akan ada sebuah alat yang akan digunakan untuk memeriksa hal tersebut. Namun, ia merahasiakan alat seperti apa yang dimaksud.
Setelah memenuhi persyaratan di atas, calon peserta diharuskan mengirimkan berkas ke sistem PMB, sehingga dapat mengikuti tahap wawancara. Febyan mengatakan, untuk penyeleksian akan diadakan rapat besar yang akan dihadiri oleh Kepala Prodi (Ka Prodi), para Pimpinan, dan Panitia. “Proses penyeleksian dimulai dari penyerahan berkas ke sistem. Dari proses tersebut pihak panitia akan memberikan catatan untuk dibagikan kepada tiap pewawancara, yaitu Ketua Prodi dan jajarannya. Maka, Kaprodi akan memegang kendali atas diloloskan atau tidaknya peserta tersebut,” jelas Sony.
Pada tahap wawancara tersebut, pihak kampus akan melihat kesungguhan peserta tes dalam berkonten. Selain itu, tahap ini pun dilakukan untuk dapat menyeleksi peserta tes, seperti yang dikatakan Febyan. Namun demikian, pihak kampus juga tidak serta-merta menyeleksi dari segi kontennya saja. “Kita tetap menilai dari segi nilai raport, kita akan melihat track record mereka juga, apakah dia punya masalah akan kita lihat juga. Jadi, tidak influencer-nya aja lalu tiba-tiba menerima,” tutur Sony.
Sebagai salah satu Kaprodi, Noveriza Yuliasari pun menanggapi keberadaan jalur baru ini. Ia mendukung adanya jalur ini dengan pertimbangan dapat dijadikan cara promosi. Walaupun demikian, mengenai penyeleksian dari pihak Prodi, ia mengatakan bahwa saat Prodi mewawancarai maka disitulah proses menyeleksi mahasiswa berdasarkan Prodinya masing masing. “Jadi nanti kita tahu apakah dia berminat atau berbakat tidak di Prodinya tersebut. Untuk nilai akhirnya tetap kita tidak ada subjektifitas, namun tetap objektif,” jelas Noveriza.
Nur Aini Afrida