lpmindustria.com – Memasuki Industri 4.0, sektor industri memliki beberapa tantangan dan kendala dalam pengembangannya. Untuk itu, industri dan juga BPSDMI telah memiliki strategi-strategi untuk mengatasi tantangan dan kendala yang ada.
Dalam webinar bertajuk “Strategi Pendidikan Vokasi untuk Menyiapkan SDM di Industri Otomotif pada Era Industri 4.0”, Eko S. A. Cahyanto selaku Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) menuturkan bahwa kontribusi sektor industri mencapai 17,873% meskipun pertumbuhannya mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19 yang sudah mewabah sejak awal tahun 2020.
Pada webinar yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Politeknik STMI Jakarta tersebut, Eko mengatakan jika sektor industri pun telah menjadi penggerak ekonomi nasional dan penyumbang pajak terbesar di Indonesia. “Hampir tiga puluh persen dari pendapatan pajak nasional berasal dari industri,” ujarnya pada webinar yang diadakan pada Sabtu (26/9).
Dengan demikian, sektor industri dapat menjadi sektor yang dapat berkontribusi lebih untuk kemajuan Indonesia. Program Making Indonesia 4.0 diyakini dapat menjadi langkah untuk merevitalisasi sektor industri manufaktur dalam mendukung Indonesia agar bisa berada dalam peringkat 10 teratas negara dengan ekonomi terbaik. “Kita meningkatkan produktivitas dan inovasi melalui Industri 4.0 dan juga ekspor,” tutur Putu Juli Ardika selaku Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE).
Namun dalam perkembangannya, sektor industri, khususnya industri otomotif, memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi. Putu menyampaikan bahwa tantangan tersebut adalah belum tersedianya insentif bagi pengimplementasian Industri 4.0. Kemudian, belum kuatnya upstream juga menjadi tantangan selanjutnya. “Negara yang industrinya besar merupakan negara yang industri hulunya kuat. Tanpa itu, kita tidak akan menjadi negara industri,” ucap Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).
Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut diperlukan tenaga kerja yang berkualitas. Namun, Eko menyampaikan bahwa kurangnya tenaga ahli, seperti supervisor dan super maintanance, masih menjadi permasalahan dalam pembangunan industri di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut dan dalam rangka mempersiapkan Industri 4.0, Kemenperin melaui BPSDMI mengarahkan kebijakan-kebijakan terkait penguatan pendidikan dan pelatihan vokasi. “Konsep link and match antara pendidikan vokasi dan dunia industri ini membuat institusi pendidikan dapat melaksanakan penyelarasan kurikulum sesuai dengan kebutuhan industry, sehingga kerjasama industri menjadi roh pada implementasinya,” tutur Eko.
Strategi lainnya pun turut dipersiapkan oleh industri, khususnya industri otomotif dan alat berat, yaitu strategi flexibility manufacturing dan introduce 4.0. “Di sini kita punya yang namanya dantotsu line sebagai proyek percontohan. Dimana kita tidak hanya memperhatikan output berupa produktivitas dan kualitas, tetapi juga sarana pengembangan tenaga kerja,” ucap Dewo selaku Presiden Direktur PT Komatsu Indonesia.
Dewo juga menyebutkan sarana-sarana yang dimiliki oleh PT Komatsu Indonesia dalam mendukung pengembangan SDM. “Kami memiliki Takumi Training Center, Komatsu Indonesia Management Development Institute (KIMDI), Agroforestry Training Center (ATC),” lanjutnya.
Terkait hal ini, Warih menyampaikan strategi PT TMMIN, yaitu fokus ekspansi untuk negara-negara yang memiliki Free Trade Agreement (FTA) dengan Indonesia. “Kita akan memperhatikan negara tersebut serta terus menambahkan destinasi baru supaya bisnis ekspor kita semakin baik. Adapun destinasi utama kita adalah Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Central South America (Amerika latin ),” tutup Warih.
Hanny Kurnia P