lpmindustria.com – Banyaknya permainan modern saat ini, mengakibatkan permainan tradisional sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat. Mengenalkan kembali permainan tradisional kepada generasi sekarang, dapat memberikan pembelajaran terhadap nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya.
Pada era globalisasi saat ini, banyak perubahan dan perkembangan yang terjadi diberbagai bidang, terutama dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat gaya hidup masyarakat berubah. Salah satu perubahan yang terasa akibat dari perkembangan teknologi yang sangat pesat yaitu jenis permainan yang berkembang di masyarakat. Munculnya permainan modern yang memanfaatkan teknologi didalamnya, seperti play station, nintendo, dan game online, mengakibatkan permainan tradisional mulai dilupakan. Hal tersebut yang membuat Evin Jevani dan teman-temannya tergerak untuk mendirikan sebuah komunitas, yang diberi nama komunitas ‘Teman Main’. Komunitas yang berdiri sejak 20 September 2015 ini, mempunyai tujuan untuk mengajak anak-anak mengenal kembali permainan tradisional. “Tujuan dan mimpi kita adalah kita ingin semua anak indonesia terutama anak-anak zaman sekarang itu masih bermain permainan tradisional,” jelas Evin Jevani selaku Ketua komunitas Teman Main.
Awal pembentukan komunitas ini ingin mengembangkannya ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud). Akan tetapi, cukup sulit untuk menjangkau ke arah sana. “Tadinya kita mau masuk ke institusi-institusi dan Kemendikbud, cuman ternyata cukup sulit untuk menjangkaunya. Akhirnya, kita mencoba masuk ke sekolah-sekolah untuk melakukan road show,” ujar Evin Jevani. Mengawali semuanya dari bawah, komunitas ini dimulai dengan mengembangkan program-program yang akan dilakukan untuk kedepannya.
Salah satu program dari komunitas ini adalah road show yaitu mengunjungi Sekolah Dasar (SD) dan Taman Kanak-kanak (TK) untuk mengajak anak-anak serta para pendidik bermain bersama. Pada permainan tradisional bisa dilakukan di dalam ruangan.“Bermain permainan tradisional tidak harus panas-panasan di lapangan, bisa juga bermain di dalam ruangan. Contohnya Permainan Tapak Gunung, sebenarnya mudah, kita bisa membuatnya dari karpet, semacam banner kita print gambar lalu tinggal digelar untuk bermain. Setelah selesai bermain tinggal dilipat, kalau anak ingin main kerumah temannya tinggal dibawa,” jelas Evin.
Tak hanya itu, terkadang komunitas ini juga sering diajak untuk memeriahkan acara gathering, dimana pesertanya bukanlah anak-anak, melainkan orang dewasa. “Kita pernah diundang perusahaan, itu benar-benar bapak-bapak yang berusia diatas 40 tahun, yang jabatannya sudah tinggi dan berwibawa di kantor. Begitu bertemu permainan tradisional, udah lupa dengan namanya jaim,” ucap Evin.
Selain itu komunias ini juga mempunyai program main bareng dengan mengajak semua orang untuk bermain bersama. Mengenai tempat, tanggal, dan waktu program main bareng, akan diberitahukan melalui jejaring sosial mereka. “Jadi itu bebas kita ngasih tahunya. Lewat instagram kita mau adakan main bareng, kita mengajak teman yang lain secara offline,” kata Evin.
Dari program-program tersebut, Vika selaku Humas Komunitas Teman Main berharap bahwa semua anak di Indonesia terutama anak SD dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat menyibukkan diri dengan bermain bersama teman-temannya, dibandingkan menjadi individual yang cepat dewasa kearah negatifnya. “Dengan pemainan tradisional itu sudah bisa diambil nilai pembelajarannya atau positifnya. Konsepnya itu biar bisa main bareng lagi, main bersama lagi supaya banyak yang meraka bisa pelajari dari dampak positif permainan tradisional ini,” jelas Vika.
Nur Aini Afrida